Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Doa Hanya Sebatas di Bibir

riyanti's picture

Doa Bapa Kami sudah aku hapal sejak aku kecil, dulu karena disuruh oleh guru dan orang tua. Selama ini aku sering mengucapkan doa tersebut dengan lancar tanpa ada kata yang tertinggal. Tetapi pada saat aku berdoa besama keluarga dalam suasana mencekam erupsi merapi kemarin, aku sadari betapa berat mengatakan kalimat "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya". Menurut apa yang aku pahami, kalimat "Berilah kami pada hari ini makan"  mengajari aku beberapa hal, antara lain 1. meminta apa yang perlu, 2. belajar untuk tidak kuatir tentang hari esok (makanya mintanya untuk hari ini saja). Itu hanya sebatas pemahamanku, dan tidak tahu apakah ada makna teologi yang lebih dalam dalam kalimat itu.

Kembali pada bencana merapi, lahir dan besar bersama keluarga di lereng merapi sebenarnya sudah terbiasa lihat lahar dan merasakan hujan abu, tetapi erupsi kemarin sepertinya lebih parah daripada erupsi beberapa tahun lalu. Mata pencaharian keluargaku bergantung pada hasil pertanian dan peternakan di lereng merapi. Waktu ada perintah untuk mengungsi ke zona 20 km keluarga pakdhe, simbah dan paklik yang tinggal ada di zona yang kurang lebih 10km dari merapi, tidak mau mengungsi. Tak satupun bisa dihubungi, dan mereka sengaja diam dirumah walaupun semua tetangga sudah mengungsi. Salah satu alasan mereka tidak mengungsi, pakdhe baru saja memelihara banyak sapi, dan sapi-sapi itu adalah pinjaman milik pengusaha jakarta. Kondisi kesehatan pakdhe juga menurun pasca operasi sedang tanggungan hidup saat ini sangat besar. Harapan untuk menutupi kebutuhan itu adalah dari hasil "nggadoh sapi" (memelihara sapi orang, dan kalau sapi beranak hasilnya di bagi 2). Kata pakdhe "Kuwi jagan ge urip, yen tak tinggal, mengko sing nggo butuh opo, seko ngendi?"  (itu untuk menutup kebutuhan, jika ditinggal nanti untuk keberluan sehari-hari apa, dari mana?)

Ibuku juga semula tidak mau mengungsi, dia ingin bertahan, karena tidak ingin melepaskan hasil jerih lelahnya selama ini yang akan diberikan kepada anak-anaknya. Aku tahu perjuanganya dan bagiku Ibu adalah wanita hebat. Tuhan memang memberi kekuatan, kesempatan dan kemampuan untuk mendapatkan hasil lebih dari makan pada hari ini yang secukupnya. Namun saat harus melepaskan kelebihan itu rasanya berat sekali, yang terbayang dalam pikiran adalah kesulitan hidup sesudah kelilangan kelebihan itu. Ketakutan, khawatir, dan sedih lebih menguasai. Saat hidup ditengah suasana yang mencekam dengan udara yang sesak, hujan abu,hujan pasir juga hujan air yang terus menerus, empat pohon rambutan yang besar depan rumah ambruk, listrik mati berhari-hari, tidak ada penghasilan membuat hati semakin ciut. Hehehe...di saat-saat seperti itu aku tidak menguatkan ibu, tapi malah nangis, ikutan panik @_@. Memang bagiku lebih mudah melihat apa yang didepan mata.... dan susah untuk mempercayai yang tidak kelihatan.

Betahun-tahun hapal tapi sama sekali tak masuk dalam hati. Jadi bertanya-tanya kira-kira bagaimana ekpresi Tuhan saat mendengar doa Bapa Kami yang sering aku ucapkan karena hapalan^^'. Pasca erupsi merapi, kembali lagi menata tempat tinggal dan mata pencaharian, namun lebih dari itu menata kehidupan rohani yang juga ikut longsor.

Tante Paku's picture

Bapa kami

 Bencana Merapi memang menyimpan duka yang cukup panjang, justru bencana yang sebenarnya ketika Merapi sudah selesai memuntahkan segala isinya. Apakah pemerintah memikirkan dampak setelah bencana terhadap masyarakat yang menjadi korbannya? Atau bantuan-bantuan yang bermilyar-milyar di banyak media itu tersalurkan dengan baik, atau mereka hanya memanfaatkannya saja? Tuhanlah nanti yang akan mengetahuinya. 
 
Saya pun hanya bisa berdoa BAPA KAMI saja, karena itu yang bisa kuhafalkan. Sama seperti Riyanti, Tuhanlah yang tahu pasti. Semoga tidak banyak yang ikut longsor kehidupan rohaninya walau mereka hanya hafal doa Bapa Kami.
 
Teruslah semangat, sebab Bapa Kami adalah Bapa yang memahami apa yang kita perlukan.
__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

riyanti's picture

Bapa yang baik :)

Iya Tante, sangat melegakan saat mengingat bahwa Bapa yang kita sembah adalah Bapa yang memahami kehidupan kita.  Bahkan saat tidak memintapun dia menyediakan kebutuhan anak-anaknya.  Jadi ingat, kemarin pas merapi erupsi banyak teman yang menawarkan  rumahnya untuk mengungsi keluargaku. Aku pikir itu juga salah satu wujud pemeliharaan Tuhan melalui orang lain.