Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Obituari

Purnawan Kristanto's picture

Obituari Candra Purnomo

Indonesia-saram's picture

Mengenang Mula Harahap

"Sudah tahu belum, Pak Mula meninggal?" begitu rekan di balik telepon memberi tahuku tadi siang (16/09). Tak kutanggapi informasinya secara serius. Tapi pelan-pelan, kutanya juga pada rekanku yang senior, "Pak Mula meninggal, apa betul?" Kontan sikapnya berubah. Ia segera memberi tahu, betapa ia merasa agak heran mengetahui ada beberapa temannya di Buku Wajah yang mengucapkan "selamat jalan" kepada Mula Harahap. Aku yang biasanya tak suka membuka Buku Wajah, terutama pada jam-jam kantor, segera saja membukanya. Penasaran dengan berita itu. Ketepatan pula aku baru "berteman" dengannya.

Dasar bandit! Begitu dibutuhkan, lama sekali halaman Buku Wajah itu terbuka. Dalam hati, Bandit satu ini mungkin balas dendam karena tak kuperhatikan selama di kantor. Tak mau menanti sampai seluruh halaman tampil sempurna, kuketik nama Mula Harahap di bagian "pencarian" itu, dan begitu tampil hasilnya, langsung kuklik. Sekali lagi butuh waktu lama. Dan begitu tampil sempurna, sudah tampak begitu banyak orang mengucapkan salam perpisahan maupun apresiasi kepada beliau. Aku masih tidak begitu yakin.

Purnawan Kristanto's picture

Bang Mula

Mula Harahap

Sungguh kaget waktu mendengar kabar, pagi ini, Kamis 16 September, bang Mula Harahap mendapat serangan jantung dan dipanggil  Tuhan.
Di kalangan dunia perbukuan, Mula Harahap adalah sosok yang disegani. Dia dianggap berhasil mengelola Ikatan Penerbit  Indonesia (IKAPI), sehingga  kongres IKAPI mendaulatnya untuk menjabat sebagai ketua. Tapi pria Batak ini menolak. Meski  begitu, dia tetap aktif di Yayasan Adikarya sebuah yayasan di bawah naungan IKAPI yang memberikan award untuk  buku-buku  terbaik setiap tahun.

Purnawan Kristanto's picture

Mengenang pak Bagyo

Hari Rabu kemarin (11/7), Sasongko mengabarkan bahwa pak Bagyo, mantan teman kerja saya, telah dipanggil Tuhan pada hari Selasa malam. Karena sedang ada di luar kota, saya tidak bisa melayat ke sana. Perjumpaan saya dengan pak Bagyo sebenarnya tidak banyak, karena ketika saya masuk sebagai karyawan di majalah BAHANA, pak Bagyo justru sudah pensiun. Meski begitu, saya kadang masih bertemu dalam acara-acara kerohanian.