Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

review buku

y-control's picture

Yesus

 

Menulis buku yang diangkat dari sebuah buku mungkin cukup sulit. Tapi, membaca buku yang diangkat dari sebuah buku yang juga pernah dibaca ternyata saya rasa tidak terlalu beda jauh dengan melihat film yang diangkat dari sebuah buku yang pernah dibaca. Itulah perasaan yang saya rasakan waktu membaca buku ini. Sebenarnya saya agak ragu untuk membaca, apalagi membeli buku ini setelah agak kecewa dengan buku Walter Wangerin sebelumnya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Kanisius juga. Apalagi harganya terbilang cukup mahal. Entah kenapa begitu. Menurut pengamatan saya, rasanya buku rohani berbahasa Indonesia itu masih banyak yang kualitasnya masih belum terlalu istimewa, tapi tidak sedikit yang dijual dengan harga yang terbilang tidak murah. Tanpa bermaksud merendahkan, tapi kalau dibandingkan dengan buku-buku yang lebih "penting" (menurut saya), masih banyak buku rohani yang mungkin bukan mahal, tapi kemahalan (alias harga tidak sesuai isi). Tapi, mungkin itu cuma karena masalah selera saja. Mungkin karena penulis buku rohani Kristen sendiri memang masih belum terlalu banyak. Mungkin sebenarnya itu juga bagus karena setidaknya para penulis buku rohani bisa jadi lebih cepet kaya karena royaltinya lebih gede (meski sepertinya banyak juga buku rohani yang kemudian berakhir di obralan di pameran). Wah, maaf kok jadi ngelantur begini ya...

y-control's picture

Dalih Pembunuhan Massal

Di hari yang diperingati sebagai hari lahir Pancasila, tidak ada salahnya mengapresiasi sebuah buku tentang kejadian yang oleh pemerintahan Orde Baru dijadikan bahan untuk membangun mitos Kesaktian Pancasila.
 
Gerakan 30 September 1965 adalah sebuah gerakan yang dilakukan anggota TNI berhaluan kiri dan yang pro Sukarno dengan didukung beberapa petinggi PKI (termasuk D.N. Aidit) dan diketuai antara lain oleh Sjam alias Kamaruzaman (ketua Biro Chusus, badan rahasia PKI untuk menyusup di militer) yang berencana menculik para perwira petinggi Angkatan Darat berhaluan kanan yang pro Amerika, menghadapkan mereka pada Sukarno agar presiden memecat mereka. Definisi di atas jelas belum lengkap. Masih cukup banyak hal yang dikemukakan oleh buku ini sehubungan dengan kejadian yang sebenarnya kecil, tapi membawa dampak yang sangat besar bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini. Buku yang versi Indonesianya diterbitkan pada 2008 dan dikabarkan sedang diteliti oleh Kejaksaan Agung tentang perlu tidaknya dilarang ini memang hanya satu dari banyak buku lain yang membahas tentang gerakan yang oleh Sukarno disebut sebagai Gestok (Gerakan 1 Oktober), oleh pemerintahan Suharto disebut Gestapu (Gerakan September Tigapuluh, plesetan dari Gestapo yaitu nama pasukan Nazi) dan oleh buku pelajaran disebut G 30 S/PKI.