Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Change vs Love

xaris's picture

Sore itu akhirnya saya memutuskan untuk membaca artikel tentang Billy Graham bertajuk “Leading With Love”. Sudah beberapa hari sebetulnya artikel itu muncul di hadapan mata minus berbungkus softlens ini setiap kali saya membuka salah satu my most visited website Christianity Today. Alasan pertama karena itu tentang Billy Graham. Orang yang kepadanya saya angkat topi setinggi mungkin untuk scope pelayanannya yang luar biasa, tetapi dengan tinggi hati cukup saya remehkan pandangan-pandangan dan tindakan-tindakannya dalam bebeberapa hal seperti Catholicism, ecumenism dan kaum liberal.

Alasan kedua, karena judulnya. Leading. Cuma Tuhan yang tahu hati saya yang terluka cukup dalam sehubungan dengan hal-hal yang berbau “leading”, “leader”, “leadership” and so on, yang selama setahun terakhir ini kerap melukai hati saya saat bersentuhan dengannya. Pertikaian, kesalahpahaman, perselisihan yang tiada henti, bahkan mengatasnamakan kebenaran dan menggunakan ayat-ayat Alkitab sebagai pendukung sering rasanya tidak tertahankan. Tapi Tuhan mungkin ingin berbicara dengan saya sore itu tentang hal ini, dengan cara yang begitu luar biasa…

 

In Love With the truth. Pernah berada dalam lingkungan yang sangat mencintai kebenaran bagai orang yang jatuh cinta? Itulah lingkungan tempat saya berada. In love with the truth. Kita bisa temukan begitu banyak orang yang dengan giat belajar dan mengajar keindahan firman Tuhan, berseru tiada henti mengagungkan namaNya, melakukan pekerjaan-pekerjaan berskala besar untuk menjangkau generasi muda agar bisa mendengarkan firman Tuhan, mengenal dan dididik di dalam kebenaran. Banyak orang berawal jadi murid kemudian menjadi guru. Luar biasa memang karunia untuk mengerti firmanNya yang Tuhan limpahkan pada kami. Betulkah kami sudah mengerti? Mengerti dan menghidupi? Saya coba kutip kata-kata nabi Yehezkiel, “O Lord GOD, You know.” (Ez 37:3 NASB).

Beberapa orang yang mendengar kisah saya mungkin akan tersenyum bersama-sama dengan saya sekarang. Entah apa yang ada di balik senyum itu. Setelah membaca kisah Billy Graham, saya jadi berpikir, mungkin sekali selama ini kami hanya “in love with the truth” tapi tidak “in love with the Truth”… Kami hanya mencintai kebenaran demi nilai-nilai yang dikandungnya, yang terasa begitu indah, tetapi tidak pada Sang Kebenaran itu sendiri. Kristus berkata, “If you love Me, you will keep My commandments,” dan dalam hal ini salah satu perintahnya yang bergaung paling keras di hati saya adalah, “A new commandment I give to you, that you love one another, even as I have loved you, that you also love one another.” (Jn 14:14, 13:34 NASB). What is it to me now, dear Lord….?

 

Love In Truth. Cinta di dalam kebenaran, hari itu punya satu makna baru dalam hati saya. Buatku seperti itulah Kristus mencintai kita semua. Buatku seperti itulah pesan yang disampaikan Billy Graham lewat segala perkataan dan tindakannya selama ini. Apa artinya mencintai seperti Kristus mencintai? Menurutku...

Kristus sangat membenci dosa, tetapi bukan pendosanya. Justru untuk itulah Ia datang, mengembalikan pendosa-pendosa durhaka ini kepada posisi yang seharusnya, orang kudus. Kudus karena dikuduskan oleh pengorbananNya. Dalam relasi saya dengan orang-orang sekitar saya, terutama dengan yang terdekat, harus saya akui saya lebih peka dengan kesalahan-kesalahan mereka dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan saya terhadap mereka.

Saya lebih peka terhadap kemarahan mereka dibandingkan dengan mengerti bahwa betapa terlukanya mereka sesungguhnya oleh saya sehingga mereka menjadi marah. Lebih mudah memberikan stigma negatif pada mereka berdasarkan hal-hal yang mereka lakukan di satu masa tertentu dibandingkan dengan melihat apa yang sudah mereka lakukan buat saya di luar masa-masa itu, melihat mereka sebagai satu pribadi yang juga dicintai Tuhan, yang juga untuknya Kristus juga mati dan kini terus mengerjakan berbagai hal baik buat mereka.

Kristus adalah inisiator dalam mencintai. Saya seringkali wondering, betapa banyaknya relasi-relasi yang hancur bisa dibangun kembali seperti tulang-tulang kering di Valley of Dry Bones (Ezekiel 37), jika saja setiap orang bersedia menjadi inisiator dalam mencintai. Silih berganti hancurnya satu relasi terjadi di depan mata saya dan betapa sedikitnya tindakan berani seperti Kristus hadir disana. Saya sendiripun kerapkali terlalu sibuk memikirkan betapa terlukanya saya dalam satu pertikaian dan menuntut yang saya anggap melukai untuk terlebih dahulu melakukan langkah-langkah menandakan ‘pertobatannya’. Ya Tuhan… betapa angkuhnya hati ini…

Restoring the fallen. Saya akui bagian yang paling berkesan dari artikel di atas saat penulis membahas bagaimana pasangan Graham memperlakukan Jim Bakker yang sudah dengan begitu luar biasa mempermalukan kekristenan di mata dunia. Kalimat Jim Bakker yang dikutip membuat airmata saya jatuh berderai-derai, “I had only been out of prison 48 hours, but she (Ruth Graham) told the world that morning that Jim Bakker was her friend.” Pernah memiliki seseorang yang begitu membuatmu hampir tak bisa mengangkat kepala di hadapan orang banyak karena membuatmu merasa begitu rendah di mata orang? Saya pernah. Tapi tidak lagi. Apakah karena orang itu sudah berubah? Tidak, tentang itu hanya Tuhan yang tahu. Tapi justru karena relasi itu kini saya makin mengerti betapa cintaNya Tuhan pada saya yang sebetulnya sama saja dengan orang tersebut.

Saya jadi mengerti bagaimana Tuhan tetap menegakkan kepalaNya saat menghadapi salib agar saya pun sanggup menatap dunia. Bagaimana Tuhan tertawa begitu tulusnya pada seorang Zaccheus yang tidak mampu mengangkat kepalanya didera kesadaran betapa rendah dirinya. Bagaimana Tuhan menangisi saya yang ibarat Jerusalem yang sudah begitu rusak. Tuhan mengerti semua itu dan itu memampukan saya untuk punya keberanian untuk menghadapi apapun cap yang dilekatkan orang pada saya karena orang lain. It is such a chance to follow His example…

 

“Whom you would change, you must first love,” kata Martin Luther King, Jr. Kalau mau jujur dalam berbagai situasi dan relasi yang first and foremost saya inginkan adalah segera berubahnya hal-hal atau orang-orang yang saya anggap sebagai penyebabnya, termasuk keputusan-keputusan Tuhan yang dinyatakanNya dalam hidup saya. Tapi dengan begitu lembut Tuhan berbisik, “Ingatlah bagaimana Aku sudah turun dari tempatKu yang kudus dan mulia karena cintaKu padamu. Dan tahukah engkau bahwa dirimulah yang sesungguhnya tengah Ku ubah melalui mereka?”

Aku bisa terus dan terus berkisah Tuhan, tapi semua itu tidak berarti tanpa kumengerti dan menghidupi lagi segala perkataan dan teladanMu buatku. Terima kasih Tuhan untuk kisah Billy Graham di hari itu, seperti itulah Engkau telah dan selalu mengasihiku…

A new commandment I give to you, that you love one another, even as I have loved you, that you also love one another.” John 13:34 NASB

 

Bin Nun's picture

tulisan yang bagus...

tulisan yang bagus Xaris... sangat membangun... keep up the good work...

BIG GBU!

xaris's picture

Kepanjangan?

Komentar kamu juga sangat membangun...! Hanya hati saya sebenernya bertanya-tanya sesudah lihat post yang lain baru saja, post saya kepanjangan ngga ya? Undecided Thanks anyway! Laughing
Indonesia-saram's picture

Tidak Panjang

Hai, Nn. Xaris. Maaf berkomentar sebelum membaca tulisan Anda secara menyeluruh. Tapi bagi saya, tulisan di atas belum panjang. Dua tulisan saya mengenai Solo International Ethnic Music (SIEM) beberapa waktu lalu rasanya lebih panjang lagi. Jadi, tidak mengapa. Kalau merasa terlalu panjang, buat berseri seperti Pak John juga bisa dijadikan alternatif.

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

Bin Nun's picture

hahaha....

bagi saya tulisan sepanjang apa pun pasti saya baca... bagi saya tidak ada tulisan yang terlalu panjang... tapi peraturan di sini bilang... kalo gak salah ya.... sebaiknya tulisan dipecah menjadi beberapa bagian.... saya tidak keliru toh Admin....? Tulis saja Xaris... Jangan takut! BIG GBU!
Ari_Thok's picture

Tulisan Bisa Panjang

Kayaknya gak deh Bin Nun dan Xaris, sepanjang apapun, Anda bisa menulis blog di sini, apalagi kalau itu menarik, orang gak akan terpengaruh untuk berhenti membacanya walau itu sampai berpuluh paragraf. Tapi sebagai pertimbangan pribadi saja sih,  terkadang waktu orang melihat sekilas tulisannya panjang banget, bisa malas membacanya ( termasuk saya :) ), kecuali jika pas santai saya akan membacanya, kalau pas kerja jelas gak akan saya baca sampai selesai. Nah ini bisa disikapi dengan membuatnya berseri dengan sedikit bumbu-bumbu untuk membikin orang tertarik mengikuti kisah lanjutannya. Sisi lain kalau ditampilkan satu blog langsung selesai memang melegakan orang yang tidak suka penasaran, hehe. Kalau yang Anda tulis diatas, cukup lah, tidak terlalu panjang kok. 

__________________

*yuk komen jangan cuma ngeblog*


*yuk ngeblog jangan cuma komen*

xaris's picture

Terima kasih!

Terima kasih semuanya sudah kasih view tentang format tulisan saya. Paling tidak jadi lebih bisa melihat dari kacamata orang lain.