Submitted by clara_anita on

Pada suatu ketika

Hiduplah berbagai warna

merah, kuning, dan jingga

hijau, biru dan nila

Semuanya merasa paling cantik

paling penting dan indah

tak satu pun bersedia mengalah

demi satu gelar terbaik

Dari rimbun belantara berkatalah si HIJAU

"jelas akulah warna terpenting

akulah lambang hidup dan pengharapan,

IA memilihku tuk mewarnai rerumputan, dan dedauan

tanpaku tak kan ada kehidupan

seluruh hewan kan punah tinggal sejarah"



Tiba-tiba dari balik awan si BIRU menyela

"Hijau, alangkah sempitnya pikirmu...

tidakkah kau lihat samudra dan dirga?

janganlah pongah

akulah warna sang tirta

yang mengalir dalam setiap hayat

aku pulalah warna langit buana

yang menudungimu dengan damai"

KUNING pun ikut nimbrung

dengan kikik tawanya yang renyah

" Ah... kalian ini terlalu serius.

Lihatlah aku....

Selalu membawa tawa ceria nan hangat sepanjang waktu

akulah warna mentari, rembulan dan gemintang

tiap kali orang memandangku

senyumpun akan mengembang...

Tanpaku takkan ada keceriaan"

JINGGA pun merasa perlu unjuk bicara

"Kalian salah . . .

akulah yang paling penting

akulah simbol kesehatan dan kekuatan

Lihatlah pula semburat warnaku kala senja tiba

Bukankah sang dirga terlihat paling cantik saat itu

Hingga warna lain menjadi tak berarti kala itu?"

MERAH si pemarah

tak mampu lagi memendam amarah

"Hei! Akulah yang paling hebat dari antara semua

Akulah warna darah

memberi roh pada hidup...

akulah warna keberanian

akulah warna merah mawar tanda cinta

tanpaku semua tak kan bernyawa"

UNGU yang anggun pun bertutur

"Akulah warna keagungan.

Lambang kebijaksanaan

Adakah sesuatu yang berada di atasnya?"

NILA yang pendiam akhirnya ikut berujar

"Bisakah kalian memikirkanku sejenak?

Akulah warna kesunyian...

Meski sering terlewatkan

akulah warna perenungan

akulah warna doa

yang memberimu damai"

.... dan ketujuh warna terus berseteru....

dengan suara yang makin lantang

meneriakkan keinginan tuk jadi pemenang

tuk jadi terbesar dan tertangguh

Hingga sekilat cahaya terang

membelah dengan suaranya yang lantang

bergulunglah mega mendung

dan hujan tercurah tak terbendung

Ganti sang badai berbicara

"Alangkah bodohnya kalian!!

merasa terhebat,

merasa terkuat!!"

... dan ketujuh warna meringkuk

menyatu dalam takut . . .

"Tak bisakah

kalian memandang yang lain bak anugrah?

Tak dapatkah

kalian mewarnai dunia bersama?"

dan semenjak itu

seusai badai

ketujuh warna membusur bersama

mewarnai langit buana



Catatan:

Puisi ini diadaptasi dari sebuah legenda suku Indian di Amerika.

Semoga dapat membantu memahami bahwa perbedaan bukan untuk disatukan.

Perbedaan juga terkadang tidak dapat melengkapi satu sama lain.

Namun, perbedaan perlu dihargai,

dan meskipun kadang tak mungkin padu...

tetap dapat dinikmati indah ragamnya . . .