Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pembaharuan Pemikiran Kristen

Ringga Pangaribuan's picture

Menyikapi kondisi zaman yang semakin jauh dari terang-Nya yang ajaib membuat kondisi bangsa Indonesia khususnya tampak suram. Suram dalam segala aspek kehidupan baik itu politik, ekonomi, budaya, agama, dan beberapa bidang kehidupan lain yang memegang peran penting dalam memutar roda kehidupan bangsa dan negara.

            Mari lihat sejenak kondisi bangsa Indonesia. Mentalitas anak bangsa yang rusak, miskinnya idealisme anak muda, pemikiran yang cetek juga tidak luput dari masalah anak muda penerus bangsa, kehidupan bebas yang diadopsi dari budaya barat, pornografi yang sudah menjadi wajar dalam pergaulan anak muda, tingkat aborsi yang tinggi juga harusnya membuat air mata mengalir deras melihat realita anak zaman, belum lagi jika melihat angka pelacuran dibawah umur yang sangat tinggi.

            Jika sejenak mata dialihkan ke panggung dunia politik Indonesia yang carut marut. Sabotase perebutan kekuasan yang menghalalkan segala cara dan daya sampai akhirnya melanggar batas-batas moral dan agama yang ada. Mari evaluasi ulang PEMILU legislatif yang baru saja selesai digelar. Banyaknya calon legislatif yang mati tiba-tiba, menjadi gila dan hilang ingatan sampai akhirnya masuk rumah sakit jiwa, menarik kembali semua ”bantuan” yang diberikan kepada desa atau kota tempat dia ”beradu berebut suara” merupakan indikator adanya niat yang tidak tulus dari para calon wakil rakyat itu. Tindak korupsi yang sampai sekarang belum surut-surut juga, terkadang membuat bangsa meradang dan seperti ingin berhenti berharap.

            Kehidupan sosial juga tak luput dari perhatian. Kehidupan antar umat beragama yang sudah mulai terusik yang mengancam pecahnya kesatuan dan persatuan Republik Indonesia. Tingginya kesenjangan sosial yang mengakibatkan terkotak-kotaknya masyarakat bisa jadi bahaya laten yang harus diperhatikan dengan seksama. Kemiskinan yang melanda begitu parahnya juga harus dilihat dan dicarikan solusi dengan segera.

            Ah..naasnya bangsaku.

            Masih banyak deretan fakta yang menyatakan betapa suramnya bangsa ini. Layakkah Tuhan yang dipersalahkan atas semua tragedi yang melanda bangsa saat ini? Kenapa sepertinya masalah datang tiada henti mendera? Masih adakah secerca asa buat bangsa ini keluar dari keterukan yang melanda?

Mari Berbenah

            ”Kamu adalah garam dunia....”

            ”Kamu adalah terang dunia....”

Dua status yang Tuhan Yesus sematkan kepada para murid dan pengikut-Nya ketika Dia berkhotbah di atas bukit. Garam berguna untuk menggurihkan makanan dan melawan pembusukan, sementara terang berguna untuk melawan kesuraman dan kegulitaan. Dua status hebat, namun sayangnya jarang dimengerti, dihayati, dan diresapi dalam sanubari segenap umat percaya kepada Kristus.

            Jika melihat kondisi bangsa sekarang, harus digagas sebuah ide, solusi, dan pemikiran yang membuat bangsa ini keluar dari keterpurukan yang teruk. Tidak bisa tinggal diam. Tanggung jawab ini akan menjadi bernilai ganda buat para Nasrani karena dua status yang diembankan Kristus kepadanya, yaitu status garam dan terang itu.

            Seharusnya garam itu memberi rasa pada jiwa anak mudanya sehingga memiliki idealisme yang tinggi dan daya pikir yang jauh, kreatif, dan inovatif. Terang itu harusnya jadi pelita bagi nalar anak muda sehingga tidak melacurkan kehidupannya pada hal-hal maksiat yang menjadikan hidupnya bermartabat rendah dan murahan. Garam itu harusnya melawan pembusukan di tengah busuknya sistem dalam kancah perpolitikan bangsa, melawan kebusukan sistem peradilan yang tidak adil, dan sekaligus menjadi suluh bagi semua bidang kehidupan bangsa menuju kesejahteraan kota (Yer 29:7).

            Tapi seperti tertumbuk tembok rasanya jika melihat realita zaman. Kesuraman itu tetap bersemayam walau ada anak-anak terang di dalamnya. Dunia tetap berasa hambar. Ada apa dengan terangmu? Ada apa dengan garammu?

Pembaharuan Pemikiran Nasrani Indonesia

            Mengulangi sekali lagi apa yang telah dinyatakan di atas, jelas bangsa ini butuh solusi yang cepat dan tepat. Cepat dalam mengatasi semua masalah dan tepat dalam memberikan hasil akhir. Bangsa ini harus keluar dari pola-pola lama yang terbukti belum berhasil dalam memberikan solusi. Peran garam dan terang itu harus sesegera mungkin diaktifkan untuk memberi sumbangsih yang tulus bagi bangsa ini.

            Kenasranian harus bertanggung jawab terhadap kondisi bangsa sekarang. Orang nasrani tidak boleh tinggal diam dan ”mencuci tangan” terhadap persoalan zaman yang sedang menerpa bangsa. Status yang disematkan Kristus Yesus itu harusnya menyadarkan kenasranian itu sendiri untuk berpikir, bertindak, dan berkarya bagi masalah-masalah bangsa. 

            Pembaharuan pemikiran jelas menjadi langkah pertama dalam sebuah pembaharuan. Tidak pernah akan terjadi sebuah pembaharuan jika belum terjadi pembaharuan akal budi.

            Pemikiran Nasrani seharusnya merambah semua bidang kehidupan. Politik praktis, ekonomi, militer, budaya, agama, seni, dsb tidak bisa tidak lepas dari cengkramannya. Ide-ide yang berlandaskan Al Kitab harus melandasi semua pergerakan bidang itu. Al Kitab sebagai pedoman hidup orang percaya harus menjadi acuan pertama. Harus ada yang memberi teladan bagimana pola pikir Nasrani dalam kancah politik praktis, harus ada solusi yang ditawarkan dalam sudut pandang Nasrani dalam mengatasi masalah ekonomi bangsa. Kehidupan seni tanah air yang jelas anjlok karena tema yang sering didengungkan oleh seniman di tanah air ini adalah tema-tema tentang perselingkuhan, sex bebas, ketidaksetiaan, dsb yang jelas akan menghancurkan moral anak-anak bangsa.

            Harus ada perubahan paradigma kekristenan dalam memandang masalah bangsa saat ini.

Aspek Pembaharuan

            Pembaharuan pemikiran Kristen itu harus dimulai dari gedung gereja. Khotbah di gereja harus segera diubah komposisinya. Tidak hanya lagi mengajarkan tentang kewajiban sebagai warga negara kerajaan sorga saja, tapi juga harus mendidik umat agar mengerti hak dan kewajibannya sebagai warga negara Republik Indonesia.

            Para pengajar firman Tuhan di gereja harus secara tajam mampu menerjemahkan peran orang nasrani di tengah kehidupan berbangsa. Mampu menjelaskan bagaimana seharusnya garam berperan dalam menggurihkan dan melawan pembusukan serta mengajarkan bagaimana terang itu mengalahkan kegelapan. Para pengajar firman harus lebih peka dalam melihat realita zaman. Umat harus diajak untuk berpikir dewasa dan dididik untuk mampu berkarya untuk kemuliaan Allah.

            Selain pembaharuan ”imam-imam Lewi” dalam bait Allah itu. “Suku-suku yang lain” juga harus berbenah. Dibutuhkan manusia nasrani yang mengerti hak dan kewajibannya sebagai warga negara surga dan dunia dengan baik, benar, seimbang, dan setimbang. Masalah keseimbangan dan kesetimbangan sering menjadi masalah yang menyebabkan peran kenasranian menjadi tidak rancak. Ada orang percaya yang terjun dalam dunia politik praktis misalnya, namun sangat disayangkan kehidupan rohani tidak terlalu baik, sehingga tidak mampu menjalankan dua perannya dengan seimbang dan setimbang. Akibatnya Allah tidak dipermuliakan sebagaimana semestinya.

Kesimpulan

            Maz 144:12 mengatakan, “Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanaman yang tumbuh besar pada waktu mudanya; dan anak-anak muda kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana.”

            Kenasranian harus berfungsi seperti yang diimpikan pemazmur Daud. Kenasranian harus bisa seperti tanaman yang berbuah dan orang-orang mampu mengecap hasilnya dan merasakan faedahnya. Demikian juga mampu berperan sebagai tiang yang menopang kehidupan bangsa dan negara dengan apik.

            Kenasranian harus segera berbenah sehingga mampu memuliakan Allah dengan baik.  Karena melalui terang itulah Bapa di surga dipermuliakan (Mar 5:16).

 

y-control's picture

nasrani

komentar dikit soal istilah nasrani. denger2 istilah nasrani itu hanya sebutan orang muslim dan yahudi untuk menyebut orang kristen ya? kalo ga salah, dalam bahasa inggrisnya disebut nazarene, yang menunjuk pada sebuah sekte dalam kekristenan kuno yg berasal dari nazaret. yg juga masih ada hubungannya dengan kata nazir, seperti simson, yohanes pembaptis, dan yesus sendiri, orang menyebut orang kristen sebagai nasrani mungkin artinya pengikut ajaran seorang nazir (yesus). cmiiw, masih agak bingung saya... yg jelas, katanya konsep kekristenan tidak sama dengan konsep nasrani (meski banyak yg salah kaprah), mungkin ada yang bisa beri penjelasan yang lebih tepat?  

 

Don't Swallow the Press

Risdo M S's picture

Ga gitu jg Y

Ah..itu kan pandangan beberapa orang/kelompok kristen aj Y (eh gmn sich manggilnya??). PB menerima sebutan itu untuk Yesus tanpa masalah. Banyak sekali ayat yang bilang Yesus orang Nazaret, bahkan Mat 2:23, dengan jelas menyebutkan bahwa keberadan Yesus sebagai orang Nasaret adalah nubuatan PL. Istilah Nasrani (Pengikut Yesus orang Nasaret) memang lebih dahulu dikenal ketimbang Kristen (baru disebut di Anthiokia, Kis 11:26).

Wajar saja kalau kaum Yahudi dan Muslim dan orang Kristen Timur Tengah lebih terbiasa dengan istilah 'Nasrani' ketimbang 'Kristen'.  Contoh kecil lihat saja  Al-Quran, atau Puisi-puisi Religius Arab, atau  puisi modern Arab seperti karya  Kahlil  Gibran (seorang Kristen  Maronit Libanon).

Kalau akhirnya istilah itu jadi seperti 'ejekan' yah tokh 'Kristen' juga awalnya adalah ejekan. (Kristianos=budak kristus). Jadi untuk konteks Indonesia (yang mayoritas Islam) sah-sah saja menyebut Nasrani, di beberapa daerah kita Kristen juga sering disebut 'Masehi' (pengikut Isa Al-Masih).

Saya kira dalam konteks ini bung Ringga boleh-boleh saja memakai Nasrani=Kristen. Lagipula kadang2 istilah Kristen kok akhir2 ini kayaknya cuma bagi orang Protestan saja, kalau Nasrani kan lebih luas. Hehe.

Tulisan Bung Ringga, cukup memancing untuk terus didiskusikan, sperti apa sich konkretnya kenasranian itu menggarami berbagai bidang kehidupan? Kayaknya perlu dipersempit dan diperdalam nich....

Eirene Humin.

__________________

Eirene Humin.

Miyabi's picture

@Ringga: Metafor Buah dan Kasus Yesus Mengutuki Pohon Ara

Mungkin ada baiknya kita memperjelas makna "buah" dalam perkataa-perkataan Yesu dan tulisan Alkitab lain. Saya kurang paham dalam hal ini, dan mungkin teman-teman yang telah belajar teologi secara khusus bisa membantu soal makna buah di sini.

Apa makna buah dalam ungkapan  pohon dilihat dari buahnya, cabang yang tidak berbuah akan ditebang dan dibakar, dan pohon ara yang tidak berbuah dikutuk Yesus? Apakah buah itu? Apakah buah adalah perbuatan baik? Apakah buah berarti perbuatan kasih? Apakah buah itu?

Orang yang hidup dalam Tuhan digambarkan pemazmur sebagai pohon di tepi aliran sungai, yang berbuah pada musimnya. Apakah buah adalah suatu parameter, yaitu suatu pertanda bahwa seseorang mengasihi Tuhan?

Setelah demikian rupa kita menerima kasih Allah,  tentunya diharapkan pohon itu berbuah. Jika cuma menjadi pohon besar berdaun lebat, namun tidak berbuah.... nasib kita akan sama dengan pohon ara yang dikutuk Yesus. Bayangin aja, Tuhan lagi laper... lalu ada pohon berdaun lebat eeh ternyata nggak ada buahnya. Kapankah  "Tuhan lagi laper"  dan mendapati bahwa kita tidak berbuah?

__________________

".... ...."

sandman's picture

Berbuah..

kalau rasanya asem gimana yah?? tidak sesuai yang diharapkan..

kalau berbuah tapi ada ulatnya gimana yah???

 

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

Miyabi's picture

@sandman: Anda keduluan

Kalau Anda memetik buah dan berharap manis dan ternyata asem, berarti buah itu bukan buat Anda, tetapi untuk ibu-ibu ngidam :D

Kalau ada ulatnya, berarti dalam hal menikmati si buah, Anda keduluan si ulat :D

__________________

".... ...."

Risdo M S's picture

Saya yang kurang teliti.. atau

Ada ya tulisan bung Ringga soal buah??? Mohon ditunjukin... lagi.. hehehe (mata saya kok ga awas... kelamaan lihat layar komputer kayaknya).. hehehe

Eirene Humin.

__________________

Eirene Humin.

Miyabi's picture

@Risdo: Buahnya lompat

Maap komen saya lompat.

Maksudnya begini. Ringga mengingatkan kita soal keadaan bangsa Indonesia. dan banyaknya penderitaan dialami.

Saya melihatnya seperti pada kisah Yesus mengutuk pohon Ara. Yesus lapar dan ia melihat pohon ara berdaun rimbun. Namun begitu sampai, tak ada satu pun buah pada pohon ara tersebut.

Kapankah Yesus lapar? Yaitu ketika ada orang kecil hina tertindas lapar. Apa itu pohon ara berdaun rimbun? Itulah orang Kristen yang hidupnya diberkati. Tapi tidak berbuah.

Tiap hari orang menderita kehausan akan air hidup. Sehari lima kali berdoa supaya Tuhan menunjukkan jalan yang lurus. Tapi? Orang kristen yang sudah punya Jalan itu di dalam hatinya, yang sudah punya Air Hidup itu dan bisa minum sepuasnya... tapi nggak bagi-bagi tetangga.

Sudah diberkati, tapi cuma dipake sendiri. Obesitas Rohani, kata blog sebelah.

There is nothing new under the sun.

__________________

".... ...."

Risdo M S's picture

Waduh Makasih dah iklanin blog saya, hehee

Wah latar belakang sastra anda benar-benar kentara Mbak.. sastra apa sich? Hehehe.... Analogi anda cukup unik..dan bolehlah memiliki dasar... dasar anda kan Yesus pernah bilang waktu Aku lapar, kamu memberi Aku makan.... segala hal yang kamu lakukan untuk saudara yang...... kamu melakukannya untuk Aku.

Gitu tokh?

Kalo soal buah emang Periy (Ibr) dan juga karpos (Yun) memang identik dengan hasil dari suatu hal (proses/kerja). Saya kira memang Tuhan juga berorientasi pada hasil kerja kita.....

Pantasnya kita memang merenung seperti saudara Ringga, sudah lebih 400 tahun kekristenan di Indonesia, apa hasilnya. Lebih dari itu mari lebih mendalam menggagas apa-apa saja kerja (proses) yang perlu kita kerjakan dalam pimpinan Tuhan agar kita benarlah pohon yang tidak hanya rimbun namun berbuah lebat.... dalam tataran pribadi, gereja, negeri ini, maupun dunia.

Eirene Humin.

__________________

Eirene Humin.