Submitted by Josua Manurung on

Padamu…

Hanyalah padamu

Segala cinta dan rinduku

Segala kasih dan sayangku

Walau kini kita jauh

Waktu berbicara tak ada lagi rasa…

Aku harap aku salah

Waktu bisa membunuh semuanya

Tapi tidak aku…

Kadang aku dibuatnya lupa

Kadang senyum mu memudar

Tapi kenangan tetap tinggal

Terdiam dalam hati

Padamu…

Dalam sunyi teramat pilu

Aku ingin bertemu

JM2002


Submitted by riyanti on Fri, 2006-12-22 15:45
Permalink

Jadi ingat syair OST sebuah film

Aku ingin mencintaimu.... dengan sederhana.... dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang yang menjadikanya abu Aku ingin mencintaimu.... dengan sederhana.... dengan isyarat yang disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada "Kasih tidak berkesudahan." (1 Korintus 13:8) meski dia tak tahu, meski dia tak membalas kasih kita... meski selalu memberi dan tak pernah menerima.... namun tetap mengahisi dengan sederhana.... mengasinya dengan segala keberadaannya.Wink

Submitted by Indonesia-saram on Mon, 2007-01-01 16:05
Permalink

Saya jadi teringat sebuah lagu di Kidung Jemaat yang baris pertama dan kedua liriknya berbunyi,

Pada-Mu, Tuhan dan Allahku
Kupersempahkan hidupku

Lupa judulnya apa. Tapi lagu ini sering juga dibawakan untuk persembahan. Lagu ini merupakan salah satu lagu favorit saya.

"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"

Submitted by Josua Manurung on Wed, 2007-01-03 13:33
Permalink

Syalom, SELAMAT TAHUN BARU! Senang sekali bisa bergabung kembali... lirik itu dapatnya ketika lagi melamun memikirkan seseorang nun jauh disana lho young sun... tenang aja jauh kok.... ;) ternyata penyair-penyair diberikan karunia kesedihan untuk bisa mencipta syair... Lha iya... kok mirip ya... bisa aja kau Bung... Saya senang ternyata Bung sudah mulai rajin ke Gereja nih rupanya..... Baguslah... Hehehe... TUHAN Memberkati.

Submitted by Indonesia-saram on Wed, 2007-01-03 15:41

In reply to by Josua Manurung

Permalink

Wah, saya dari dulu juga sudah rajin ke gereja. Cuma dalam sepuluh bulan terakhir saya jadi GPKK, alias Gereja Protestan Keliling-Keliling. Tentu saja semuanya masih sealiran. Ah, kalau Saudara jeli, tentu tahu gereja yang saya masuki itu apa. Yo, selamat tahun baru!

"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"

Submitted by Josua Manurung on Wed, 2007-01-03 15:50
Permalink

Coba berkeliling yang jauh bung... jadi Bung bisa merasakan Gereja Katedral seperti apa... Advent seperti apa... GPDI, Betel, GBI, Tiberias,  GKJ, Oikumene,  GPIB, GKI, HKBP .... Ooh.. berkat Tuhan hadir dalam setiap Rumah Nya! ... tapi seenak-enaknya tempat yang baru... lebih enak di tempat sendiri lho bung... yang kita kenal dengan baik... TUHAN Memberkati.