Submitted by tilestian on

Hanya gerimis

yang mengabarkan dingin dengan enggan

sementara bara api sudah terpanggang habis-habisan

 (dan)

Biarlah malam berpuisi tentang esok

yang lebih gila lagi

untuk dimengerti

Submitted by ronggowarsito on Wed, 2010-09-29 21:30
Permalink

Salam kenal.
Gara-gara baca puisi kamu, saya jadi iseng ngorek-ngorek sampah di hardisk. Ini hasil daur ulangnya. Mudah-mudahan kamu ga keberatan saya nitip dagangan, anggap saja konsinyasi. :)

----------

gerimis

mendung menyapa
rintik menerpa
langkah tertunda
gelisah melanda
gerimis tak juga reda
: janjiku menanti di ujung sana

(2003)

----------

dingin

seribu pelacur tak mampu menarik hatiku
seribu filem biru tak mampu bangkitkan gairahku
seribu mimpi senggama tak mampu basahkan tidurku
seribu butir viagra tak mampu membakar syahwatku
: duh ingin tapi aku dingin

(2009)

----------

kudamba

hanya sisasisa embun pagi yang kucari
tetes bagi cangkang yang makin kerontang
gunung terasa berat
menghimpit jiwa yang makin penat
: aku biji sesawi

(2004)

----------

api

terbakar
lalu terkapar
sekejap
lalu lenyap
: aku kalap

(2005)

----------

tentang esok

kiranya esok hari
roti sarapan tidak basi
: tak ada amin di doa malamku

(1998)

----------

gila

mencari kata yang hilang
kala menggali lubang kuburan
lalu kutemukan di bawah bebatuan
: gila

(2008)

Submitted by PlainBread on Thu, 2010-09-30 05:34
Permalink


Kulari ke luar kemudian menyanyiku
 


Kulari ke Sabdaspace kemudian teriakku
 


Sepi, sepi dan sendiri 
 


Aku benci
 


Ingin bingar
 


Aku mau di pasar [klewer]

 


Bosan aku dengan FPI
 
 
 


Dan enyah saja kau preman negeri

 


Seperti berjelaga jika 'ku sendiri
 


Pecahkan saja kotanya

 


Biar ramai
 


Biar mengaduh sampai gaduh
 
 


Ah...ada malaikat menyulam
 


Jaring laba-laba belang
 


Di tembok istana negara putih
 


Kenapa tak goyangkan saja loncengnya
 


Biar terdera
 


Atau aku harus masuk ke rutan

 
 
koprol di lantai ...?

 

http://www.youtube.com/watch?v=rCjTeaJ5tbE