Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kasih

putra hulu's picture

mengampuni

Mengampuni adalah satu hal yang tak adil menurut ukuran/kacamata manusia. Bagaimana mungkin mengampuni seseorang yang sudah berbuat jahat kepada saya? Itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan! Kita manusia tak pernah punya kemampuan untuk mengampuni dengan total, kita tak dilahirkan untuk itu.
Ningtyas's picture

Mengasuh Anak adalah Pelayanan Terpenting

Sejak memutuskan pindah kerja ke daerah Grogol yang super macet, saya hampir kehilangan kebersamaan dengan anak-anak. Jarak tempat kerja yang semakin jauh, membuat saya harus meninggalkan anak-anak di rumah selama 14 jam sehari. Enam jam sehari saya harus membuang waktu untuk perjalanan pergi dan pulang dari kantor. Sesampainya di rumah, kelelahan fisik tidak memungkinkan saya memberikan kasih dan kehangatan yang memadai untuk anak-anak. Waktu yang tersisa sekitar 2 jam bersama anak-anak pun tidak sepenuhnya bisa kami isi dengan 120 menit kebersamaan. Seringkali fisik saya ada begitu dekat dengan anak- anak, namun pikiran saya masih ada di kantor, di depan komputer atau di buku yang baru saya beli. Tak jarang saya memangku anak-anak tetapi ujung jari saya ada di keypad HP dan hati saya entah ada di mana.

Eudice's picture

Sebungkus Gudeg

"Makan dulu ya?" katamu.
Aku tersenyum, aku memang lapar sepulang kantor ini, tapi aku juga belum mandi dan sepertinya itu akan mengurangi kenikmatan makanku. Tapi bujukan bertubi itu aku iyakan juga. Ditambah aroma gudeg sehabis dipanasi juga membuatku semakin lapar saja. Aku beranjak ke dapur untuk mengambil piring. Aku pun mengambil nasi dan gudeg itu pun sudah di depan mata. Aku pun makan, hmmm.. enak, ku bilang. Kamu tersenyum saja melihat tingkahku manja.

Kolipoki's picture

Kala Mama Lupa

Kami empat bersaudara, tiga perempuan dan seorang laki-laki. Adikku yang bungsu adalah satu-satunya saudara laki-laki kami. Waktu itu, kami semua masih sekolah, belum ada yang kuliah. Setiap pagi, mama memberikan uang saku untuk kami sebelum kami semua berangkat ke sekolah. Uang saku itu biasanya ia letakkan di atas meja makan. Aku dan ketiga adikku mendapatkan jumlah yang sama, mama sengaja melakukan ini agar tidak ada yang merasa tidak adil. Hal ini rutin dilakukannya setiap pagi, kadang-kadang ia memberikan jatah uang saku satu minggu sekali. Tapi adakalanya ia lupa sehingga kami harus teriak-teriak memanggil mama yang sedang sibuk di halaman belakang rumah, karena setiap pagi mama selalu berada di halaman belakang. Kalau sudah begitu, biasanya ia akan menyuruh kami mengambil sendiri uang saku kami di dalam tasnya.