Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

ibu yg terpuji

Joseph Wise Poriman's picture


Penulis Amsal menyatakan “biarlah perbuatannya memuji dia…” (ay 31). (Kabar Baik: ia wanita yang patut dihormati..). Apa yang perlu diperhatikan bagi para wanita agar mereka akan menjadi seorang ibu yang perpuji karena “takut akan Tuhan” (ay 30) dan hidup sesuai kehendakNya? Penulis Amsal menjelaskan ada 3 hal yang perlu diperhatikan sebagai peran ibu di dalam rumah tangga, yaitu:
 
1. Ia mengasihi keluarganya dengan setia.

“Berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya” (ay 12), “anak-anaknya bangun dan menyebutnya bahagia” (ay 28) dan semua ini dilakukan dengan dasar kasihnya terhadap keluarga. Kasih ibu disadari tidak ada tandingannya sehingga Rasul Pauluspun mengungkapkan pelayanan kasih yang ia lakukan dengan menyerahkan hidupnya untuk jemaatNya dinyatakan “sama seperti seorang ibu” (1 Tes 2:7). Kisah Raja Salomo sewaktu berhadapan dengan dua orang perempuan yang berebutan akan seorang bayi segera mengetahui dengan hikmatNya akan ibu yang benar yang memiliki bayi tersebut yaitu ibu yang memiliki kasih ibu dengan merelakan anaknya tetap hidup walaupun ia harus menderita (baca 1 Raja 3:16-28). Ada pepatah dunia berkata “kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang penggalah” yang berarti kasih ibu tidak terbatas dan sedemikian jauhnya dibandingkan dengan kasih anak yang terbatas.
 
2. Ia mengatur rumah tangga dengan senang hati.

“senang bekerja dengan tangannya” (ay 13), “bangun kalau masih malam” (ay 15), “pada malam hari pelitanya tidak padam” (ay 18), “kemalasan tidak dimakannya” (ay 27). Apa saja yang tertinggal karena tidak ada yang mengerjakan akan dikerjakannya dengan senang hati agar rumah tangganya teratur dan rapi. Dan segala yang menjadi kebutuhan hidup selalu tersedia tepat pada waktunya, “ia menyediakan makanan untuk seisi rumahnya” (ay 15), “Ia tidak takut salju…..karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap” (ay 21). Wanita patut dikagumi karena beberapa kelebihan yang dimilikinya dibandingkan pria, diantaranya mampu bekerja lebih lama – longer hours, mampu mengatur banyak hal lebih baik pada waktu yang sama – multi tasks, mampu mengatasi masalah dengan lebih baik.
 
3. Ia melengkapi kekurangan dengan hikmatNya.

“membuka mulut dengan hikmat” (ay 26), “membeli sebuah ladang” (ay 16), “tahu bahwa pendapatannya menguntungkan” (ay 18), “suaminya dikenal” (ay 23), “pengajaran yang lemah lembut” (ay 23). Segala yang dinyatakan sebagai kekurangan di dalam rumah tangga dilengkapinya. Wanita diciptakan Tuhan sebagai penolong untuk menolong suaminya. Seorang suami bertanggung jawab terhadap keluarganya dengan keterbatasan dan seorang istri menolong untuk melengkapi guna memberikan kebahagiaan keluarga. Kurang hikmat ia berhikmat, kurang income ia bekerja menambah income, kurang dikenal maka ia akan memperkatakan tentang suaminya agar dikenal, kurang mampu mendidik anak ia mengajarkan dengan lemah lembut agar anak-anaknya mengerti akan didikan seorang ayah.
 
Dan sebagai anak, kita diingatkan akan kebenaran Firman di dalam kitab Amsal agar kita sebagai anak tidak menyia-nyiakan ajaran ibu (1:8), tidak menghina ibu (15:20), tidak memedihkan hati ibu (17:25), tidak mengusir ibunya (19:26) dan tidak mempermalukan ibunya (30:11). Dan Rasul Paulus menyatakan sebagai perintah “Hormatilah ayahmu dan ibumu……supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi” (Ef 6:2-3).
   

 

God bless all.