Submitted by hai hai on

aku

buruh harian

upahku untuk kerjaku hari ini

kerja kemarin sudah dibayar lunas

kerja kemarin bukan kerja hari ini

kerja kemarin dikenang

kerja hari ini dibayar

 

seribu hari bekerja baik

hari ini bersalah,

tidak mendapat upah

itulah jalan hidup buruh harian

selaksa hari sudah bekerja, apalah guna?

sebab aku adalah buruh harian

walau berlaksa hari telah lalu

setiap hari aku adalah buruh baru



aku

buruh harian

bukan buruh jam-jaman

walau bekerja dari pagi

tak megahkan diri pada yang mulai siang

pun sore hari

tak iri,

meski upah kami sama



aku

buruh harian

Tuanku hanya pekerjakan buruh harian

 semua pekerja-Nya buruh harian

buruh harian



Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?  Matius 20:13

 

 

Submitted by lentin on Wed, 2010-03-31 13:21
Permalink

puisi ini buat saya tersenyum :). Semoga Tuhan menemukan ketulusan dalam hati setiap kita hamba-hambaNya :)

Luk 17:10  Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Aku suka sekali ayat itu om hai, ayat itu buat aku sadar, apa yang aku mampu lakukan semuanya kasih karunia Tuhan, dan ayat itu menahan diri aku untuk sombong, karena apa yang aku lakukan ya memank apa yang harus aku lakukan, malah aku masih harus lebih sungguh2 lagi :)

hehehe...

 

Submitted by hai hai on Wed, 2010-03-31 20:42
Permalink

Lentin, saya juga suka ayat yang anda kutip. Ayat itu adalah ayat kembar dengan ayat yang saya kutip. Itu sebabnya, saya paling malas bila diundang apalagi dipaksa untuk bersaksi. Mereka bilang, saksikanlah pelayanan yang telah anda lakukan.

Boleh percaya boleh tidak, saya tidak punya pelayanan sama sekali karena saya tidak pernah MELAYANI. Yang berhak MELAYANI hanya pelayan. Seorang pelayan yang baik tidak merasa senang karena KEMAMPUANNYA namun dia BERSENANG-SENANG karena yang dia layani SENANG.

Awal bulan ini, mama saya ulang tahun. Keenam anaknya berkumpul dengan membawa anak-anaknya masing-masing. Kami juga mengundang beberapa orang handai taulan dan teman-teman dari gereja.

Hampir semua makanan sudah tersaji, bahkan saya sudah duduk di meja dan mulai mencicip dengan sumpit. Tamu-tamu sudah hadir. Bapak pendeta siap untuk berdoa, mendoakan mama saya dan bersyukur kepada Allah. Anda tahu? Mama saya masih di dapur, mengenakan celana gombrang dan T shirt putih belel yang setahu saya umurnya sudah belasan tahun.

Mama saya yang ulang tahun, namun dia yang memasak dan melayani. Itulah cara mamaku merayakan ulang tahunnnya, masak banyak sekali sehingga para tamu makan kekenyangan namun nikmat.

Bila anda bertanya, apakah mama saya sedang melayani? Tidak! Dia sedang menikmati hidupnya dengan melakukan apa yang dia sukai, memasak.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak