Budhisme, Atheisme, dan Pelajaran tentang Konsistensi
Dipublikasi Artikel blog by paijobudiwidayanto
Berikut ini kembali debat saya dengan orang tertentu. Topik yang
diangkat adalah tentang Budhisme kemudian sedikit berpindah ke
pluralisme. Semoga bermanfaat! Sekali lagi nama-nama yang terlibat
diskusi bukan nama asli.
Dai:
Budhisme pada dasarnya adalah kata lain dari ateisme.
Byne:
menarik nih. kalau boleh tahu apa alasan dari pendapat tersebut ?
Dai:
Ok, terlepas dari ketidakkonsistenan budhisme, dalam budhisme the
ultimate reality adalah nothingness. So, kalau memang benar demikian
bagaiman Tuhan ada? Apakah tuhannya budhisme itu nothingness?
Saya bilang budhisme tidak konsisten karena dia mengatakan
"nothingness" sebagai the ultimate reality sementara dia setiap saat
berbicara seolah-olah "nothingness" itu adalah "something". So, dia
membabat kakinya sendiri.
Byne:
hmm...saya ada bertanya tentang soal ini kepada mereka, dan jawabannya
sebagai berikut :
Topik ini bersifat meditatif, dan kata 'nothingness' kalau didiskusikan
dan berupaya dijelaskan secara intelektual, maka artinya bukanlah
seperti apa yang dimaksud, malah nanti menjadi 'something'. Otomatis
menjadi bukan the ultimate reality.
Nothingness hanya bisa diselami oleh batin yang hening.. dan jika kita
berupaya menjelaskannya, maka itu bukan nothingness yang
sebenarnya..itu
hanya pendekatan.
Buddhisme pada dasarnya adalah agama meditatif, tetapi juga memiliki
sisi intelektual. Jadi keseimbangan antara keduanya. Ini adalah panduan
yang penting sebelum menyelami istilah atau tenet-tenet dalam Buddhism
Nothingness adalah suatu kondisi dan juga realita yang mendasari segala
sesuatu. Banyak literatur Buddhis yang sudah mengupas hal ini. Tetapi
realita nothingness hanya benar-benar dapat dipersepsi dengan meditasi
Menghubungkan nothingness dengan Tuhan terutama dalam konsep samawi
adalah tidak tepat dan juga tidak nyambung. Karena kedua konsep itu
berakar dari dua hal yang sangat berbeda. Menyama-nyamakan sesuatu yang
berbeda adalah sesuatu yang sia-sia.
Ivan Taniputera
Dai:
Pada saat mereka mengatakan nothingness adalah sesuatu yang hanya bisa
diselami dengan batin yang hening, bukankah itu mereka menjelaskannya
dengan menggunakan intelektual? Terus apa itu "batin yang hening"?
Mengapa berbeda dari sesuatu yang intelektual? Tahu darimana ada
perbedaan? Perbedaannya dimana?
Kembali lagi ke pembedaan antara sesuatu yang "intelektual" dan
"batin". Definisikan dulu kedua istilah itu! Apa hubungan antara
keduanya? Terus tahu dari mana bahwa demikianlah hubungannya?
Darimana dia tahu bahwa "nothingness" itu adalah sesuatu yang mendasari
segala sesuatu ya? Pake batin? Lalu apa itu batin? Bagaimana kalau
batin
saya mengatakan bahwa tidak ada yang namanya nothingness alias saya
percaya pada "nothingness of nothing"? Dan kalau beberapa saat kemudian
batin saya mengatakan bahwa tidak ada yang namanya "nothingness of
nothing" lalu saya percaya akan "nothingness of nothingness of
nothing"?
Kalau memang orang Budha percaya bahwa Tuhan ada, lalu siapa/apa tuhan
itu menurut mereka?
Byne:
wah,...aku harus copy paste perntanyaan ini ke ybs dulu bos....
terlepas dari hal ini semua....
apakah bila mereka terbiasa makan dengan nasi sedangkan kita terbiasa
makan roti, apakah mereka itu keliru karena berbeda dengan kita?
Padahal
baik makan nasi atau roti, semuanya bisa membuat bertahan untuk hidup?
atau apakah kita memang dituntut oleh kepercayaan yang kita anut ini
untuk bersikap HOMOGEN? sehingga sulit untuk menerima hal yang
berbeda?.
Atau karena kita selalu digiring untuk bersikap SUPERIOR? sehingga
semua harus di sama ratakan?
Dai:
Apakah maksud anda terlepas dari perbedaan perdapat dan anda mau
berbicara tentang topik lain yaitu soal superioritas kebiasaan makan?
Atau anda sementara membandingkan antara perbedaan pandangan dengan
perbedaan kebiasaan makan lalu mengambil kesimpulan bahwa karena kita
berbeda kebiasaan makan dan tidak ada kebiasaan makan yang superior
maka
di antara pendapat berbeda tidak ada yang superior? Kalau memang
demikian, saya tidak tau apakah anda sadar kesalahan logika macam apa
yang anda sementara lakukan. Pertanyaan lain juga adalah tahu dari mana
kalau kebiasaan makan yang satu tidak lebih superior dari pada
kebiasaan
makan yang lain?
Tapi coba asumsikan dulu sebentar bahwa apa yang anda lakukan bukan
merupakan kesalahan logika. Anda melakukan persis apa yang anda
tuduhkan
orang lain lakukan yaitu merasa superior. Kalau anda tidak merasa
superior mengapa anda menginginkan saya dan orang lain yang seperti
saya
untuk berpandapat bahwa tidak ada pendapat yang superior? Bukankah
dengan melakukan itu anda sendiri merasa bahwa pandangan bahwa "tidak
ada pandangan yang superior" adalah pandangan yang lebih superior dari
pandangan bahwa "ada pandangan yang superior"? Siapa yang lebih
konsisten? Saya atau anda?
Terus, kalau memang anda mau beranalogi mengapa anda membandingkan
perbedaan pandangan dengan perbedaan antara kebiasaan makan nasi dan
kebiasaan makan roti? Kenapa anda tidak membandingkannya dengan
perbeda?
Tentang sulit menerima perbedaan, saya tidak mengerti maksud anda.
Apakah anda mengatakan bahwa saya tidak bisa menerima perbedaan? Tahu
darimana kalau saya tidak bisa menerima perbedaan? Siapa yang
mengharuskan bahwa kalau kita menerima perbedaan pandangan maka kita
harus menganggap semua pandangan itu sama dan tidak ada yang superior?
Kalau memang demikian standar anda, maka anda sementara melakukan
persis seperti yang anda tuduhkan pada saya yaitu anda tidak bisa
menerima bahwa saya berbeda pandangan dari anda. Anda tidak bisa
menerima kalau saya menuntut sesuatu yang homogen (kalaupun tuduhan
anda
benar). Dengan kata lain anda sementara menuntut saya untuk homogen
dengan anda dan menganggap semua pendapat setara. Apakah anda dituntut
oleh kepercayaan yang anda anut untuk bersifat HOMOGEN seperti itu?
Please be consistent my friend! Please!
Lalu apa kepercayaan anda dan tahu darimana bahwa kepercayaan anda itu
benar
Byne:
(Tidak ada jawaban sejak 14 Agustus 2008)
Budhisme, Atheisme, dan Pelajaran tentang Konsistensi
Judul Komentar : @paijo: vs. Ivan Taniputera ?
Pengirim : pwijayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 12:59:17 +0700
Komentar :
anda lupa menghapus: "Ivan Taniputera"
tentang Ivan (tulisan-tulisannya), silakan kunjungi website ini
salam, www.gkmin.net .
Judul Komentar : @pwijayanto..Thanks.
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 13:03:51 +0700
Komentar :
Orang yang berdiskusi itu bukan Ivan Taniputera tetapi orang lain yang rela menghubungi Ivan setelah melihat sanggahan saya. Btw, saya akan ganti nama itu. Thanks again
Paijo
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Apakah Budhisme Memang Atheis?
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 13:40:21 +0700
Komentar :
Sudara Paijo, apakah karena Byne tidak membalas komentar anda, itu berarti Budhisme memang Atheis?
Pada saat ini ada banyak sekali aliran di dalam agama Budha, di mana tidak jarang ajarannya saling bertentangan. Nah, agama Budha yang mana yang anda bahas?
Bagaimana bila kita diskusi tentang ajaran Budha Gautama, yang di Indonesia dikenal dengan Budha Theravada? Anda jelaskan alasan anda menyebutnya Atheis, lalu saya akan mendebat anda untuk membuktikan bahwa agama Budha bukan agama Atheis?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @ hai hai... silahkan!
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 13:55:54 +0700
Komentar :
Hai hai,
Kalau si Byne tidak menjawab tentu saja tidak berarti bahwa budhisme itu sama dengan atheisme. Bisa saja itu berati bahwa dia tidak paham tentang budhisme. Tetapi setidaknya mengindikasikan bahwa strain budhisme yang percaya bahwa "ultimate reality = nothingness" sama dengan "ateisme".
Tetapi kalau anda mau mengatakan bahwa strain budhisme tertentu tidak ateis, silahkan! Kita bisa belajar dari tulisan anda.
Ingat bahwa tulisan ini saya muat dengan maksud supaya ada sesuatu yang dipelajari dari sini termasuk dari kesalahan saya kalau memang ada.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai.. tentang threvada
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 16:47:10 +0700
Komentar :
Menyambung komentar saya. Dari beberapa literatur online yang sempat saya baca, ada yang mengklaim Theravada adalah non theistic religion dan yang lain mengatakan not exclusive. Conceptualizing Religion oleh Benson Saler (http://books.google.co.id/books?id=_sCFzSOtZg0C&pg=PA221&lpg=PA221&dq=is+theravada+budhism+theistic&source=web&ots=BHSL2yZnSM&sig=0PMu_puzAQPcVwXBQ2BQrVetaQk&hl=en&sa=X&oi=book_result&resnum=8&ct=result#PPA223,M1)malah mengindikasikan bahwa hanya sebagian dari penganut Theravada yang teis.
Jadi kalau mereka benar, maka ada Theravada yang testik dan ateistik. Mungkin yang ada di Indonesia bersifat teistik :)
Kalau begitu yan
g mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 17:04:46 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, Agama Budha di Indonesia banyak sekali alirannya. Ajaran Theravada mengklaim bahwa merekalah penganut ajaran Budha sejati, ajaran Budha yang diajarkan oleh Sidharta Gautama.
Namun, setelah bergaul dengan teman-teman Theravada, nampak jelas sekali bahwa mereka tidak semurni yang mereka sangka. Di beberapa Vihara Theravada yang saya kunjungi, ada penyembahan kepada Bodhisatva. Misalnya, dewi Kwan Im. Keberadaan Dewi Kwan Im adalah bukti bahwa mereka telah terpengaruh ajaran agama Dao Tiongkok.
Budha Gautama tidak pernah mengajarkan untuk MENYEMBAH Tuhan atau dewa dewi. Juga tidak pernah mengajarkan agar orang Budha BERDOA kepada Tuhan atau kepada bodhisatva. Namun itu bukan berarti sang Budha tidak pernah mengajarkan tentang keberadaan Tuhan. ayat berikut ini dengan jelas mengajarkan tentang keberadaan Tuhan.
Saya mendengar bahwa suatu kali Budha ada di vihara Anathapindika, di hutan Jeta dekat Savatthi. Pada saat itu Sang Budha mengajar
dengan menjawab pertanyaan, memberi semangat dan harapan kepada para rahib tentang Dhama dan ketidakmelekatan. Para rahib mendengarkan dengan penuh konsentrasi, mereka memusatkan seluruh perhatiannya pada Dhama yang diajarkannya. Karena melihat pentingnya maka sang Budha lalu mengajarkan, Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang, ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak diciptakan dan tidak berubah. Apabila tidak ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak diciptakan, tidak berubah maka mustahil yang dilahirkan, menjelma, diciptakan dan berubah membebaskan diri. Sesungguhnya karena keberadaan yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak diciptakan dan tidak berubah itulah maka yang dilahirkan, menjelma, diciptakan dan berubah dapat membebaskan diri. Sutta Pitaka, Udana VIII:3
Untuk perbandingan, baiklah saya sertakan terjemahan resmi umat Budha Indonesia.
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yan
g Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu? Sutta Pitaka, Udana VIII:3
Nah, Paijo, itulah Tuhan di dalam agama Budha.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Sidharta
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 17:27:08 +0700
Komentar :
setau gue, buddha adalah ajaran untuk pasrah dan bagaimana sikap pasrah ini bisa membantu seseorang untuk bahagia dalam hidupnya. yang ditonjolkan adalah sikap seseorang dan bukan faktor2 di luar orang tsb (including God).
berikut penjelasan seorang penganut nya:
---
Sometimes a student will ask me how everything in this world got started... "If you don’t have God in Buddhism then who or what caused the universe?"
When the Buddha was asked how the world started, he kept silent. In the religion of Buddhism we don’t have a first cause, instead we have a never ending circle of birth and death. In this world and in all worlds, there are many beginnings and ends. The model of life used in Buddhism has no starting place... It just keeps going and going.
Now having said that... If you’re a Buddhist it’s OK
to believe God was the first cause... It really doesn't go against the teachings of the Buddha, his focus was on suffering... It's also OK to believe science has the answer… Like the big bang theory, etc... Some Buddhist’s don’t even care how it all started, and that’s fine too. Knowing how the world started is not going to end your suffering, it’s just going to give you more stuff to think about.
I hope you can see that God is not what Buddhism is about... Suffering is... And if you want to believe in God, as some Buddhists do, I suppose it's OK. But, Buddhist's don't believe God can end suffering. Only the teaching's of the Buddha can help us end suffering through wisdom and the activity of compassion.
---
lengkapnya kira2 di link ini, sapa tau bantu :-)
Judul Komentar : Waaawww... akhirnya ada yang membahas Budhisme
Pengirim : iik j
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 17:32:17 +0700
Komentar :
@Paijo
Wah akhirnya ada yang membahas juga Budhisme disini.
@Hai Hai
Wah... pengetahuan anda luar biasa ya ko' hai hai.. persis seperti yang saya hidupi dulu...(sayangnya saya hanya serius pada melakukan ritualnya bukan pengajaran-pengajarannya, lagian waktu itu saya masih di usia yang sangat muda 10-17 tahun, setelah itu saya mengembara kepada kepercayaan yang lain lagi dan berhenti di usia 20)
Di vihara saya dulu, tidak ada patung Dewi Kwan Im, hanya ada Sang Budha saja. Persis yang anda bilang juga kami diajarkan untuk percaya Tuhan, bahwa ada Tuhan yang mencipta Semesta.
To Love God Is To Obey God
Judul Komentar : @ hai hai.. tampaknya...
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 17:39:36 +0700
Komentar :
Hai hai,
Kalau saya membaca kutipan-kutipan di atas, saya masih belum melihat sesuatu yang secara pasti untuk menyimpulkan bahwa Theravada bersifat theistik. Saya tidak melihat attribut pribadi dari kutipan-kutipan tersebut. Tetapi saya tidak menutup kemungkinan bahwa versi budhisme yang satu ini bersifat theistik.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @dennis.. mungkin karena itu..
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 17:44:11 +0700
Komentar :
Sdr Denis,
Mungkin karena itu jadi dalam Budhisme ada berbagai pandangan tentang Deity.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Iik J, Pengetahuan Saya Tidak Seberapa
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 17:47:33 +0700
Komentar :
Iik, pengetahuan saya tentang agama Budha tidak seberapa, namun saya berusaha untuk memahaminya dengan benar tanpa prasangka dan belajar dari sumber-sumber yang benar. Sebenarnya saya memiliki satu tulisan yang saya beri judul: Agama Budha Di Mata Seorang Tionghua Kristen. Tadinya saya berniat untuk mengunggahnya untuk menghindari kesalah pahaman orang Kristen terhadap agama Budha. Namun karena Paijo sudah mengunggah tulisan tentang agama Budha, baiklah saya mengunggahnya lain kali saja. Diskusi lebih seru.
@ Dennis,
Menurut saya, inti ajaran Budha Gautama adalah: Bergantunglah kepada BUDHA, bergantunglah kepada DHAMA dan bergantunglah kepada SHANGHA. Apakah Budha? Setiap makluk adalah Budha. Apakah dhama? Dhama adalah ajaran sebab akibat, segala sesuatu ada sebabnya segala sesuatu berakibat sesuatu. Untuk segala sesuatu ada harganya, untuk setiap prilaku ada akibatnya. Apakah Sangha? Sangha adalah kumpulan orang-orang yang mencari pencerahan.
Inti kehi
dupan umat Budha adalah MEDITASI dan PRILAKU BAJIK. Meditasi guna MEMAHAMI kebajikan sementara PRILAKU BAJIK adalah perwujudan dari pemahaman atas kebajikan. Itulah yang menentukan hidup selanjutnya.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : pasrah
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 17:56:52 +0700
Komentar :
yup... itulah pasrah... bahwa "segala sesuatu akan ada akibatnya, maka jalanilah hidup dengan tidak melawan 'hukum' itu agar seseorang bisa mencapai nirwana seperti Sidharta".
apa itu nirwana? sebagian orang berpendapat bahwa itu adalah kesempurnaan, sementara sebagian lagi berpendapat bahwa itu adalah keseimbangan. yang mana pun yang benar, membahas siapa yang jadi Tuhan dalam ajaran Buddha tidaklah nyambung atau out-of-topic :-)
Judul Komentar : @ Paijo, Tuhan Agama Budha
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 18:01:24 +0700
Komentar :
Agama Budha mengajarkan tentang keberadaan Tuhan atau SESUATU yang dipahami sebagai Tuhan di dalam agama-agama lain. Namun agama Budha tidak mengajarkan untuk MENYEMBAH atau BERDOA kepada Tuhan. Juga tidak mengajarkan secara GAMBLANG apa atau siapa Tuhan itu.
Kesadaran akan kebajikan dan prilaku bajik adalah dua hal yang diajarkan secara gamblang di dalam agama Budha. Kedua hal itulah yang memungkinkan manusia mencapai NIBBANA (Nirwana). Nirwana adalah KONDISI di mana makluk tidak dikuasai hukum tumimbal lahir atau reinkarnasi. Nirwana adalah kondisi di mana makluk MENGGENAPI kodratnya sebagai makluk secara sempurna.
Siapa yang menciptakan hukum TUMIMBAL lahir? Siapa yang menentukan Standard DHAMA atau ajaran kebajikan? Siapa yang mengendalikan hukum tumimbal lahir? Dialah Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang atau oleh umat Budha disapa Sang Adhi Budha atau oleh umat Budha Indonesia disapa Sanghyang Adhi Budha.
Tidak diajarkan s
ecara GAMBLANG namun dihayati keberadaannya, bukankah itu cukup untuk menyebut agama Budha adalah agama Theistik, agama ber-Tuhan?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @ Dennis, Apakah Sidharta Mencapai Nirwana?
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 18:04:59 +0700
Komentar :
Denis, apakah Sidharta Gautama mencapai Nirwana? Tidak ada yang tahu. Karena yang mencapai Nirwana tidak kembali lagi. Para pengikutnya yakin bahwa Sidharta Gautama mencapai Nirwana, namun yang bersangkutan sama sekali tidak pernah mengajarkan bahwa dirinya telah mencapai Nirwana. Dia mendapat pencerahan namun tidak pernah mengklaim dirinya mencapai Nirwana.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @hai hai.. itupun kalau...
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 20:10:56 +0700
Komentar :
Kalaupun nirwana itu ada. :)
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai...kalau begitu
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 20:20:20 +0700
Komentar :
Kalau Budha mengajarkan keberadaan Tuhan atau sesuatu yang dipahami sebagai Tuhan dalam agama lain, maka dengan sendirinya itu hanya seperti "cosmic vacuum cleaner". Semua kepercayaan kepada Tuhan (sekontradiktif apapun pandangan tentang Tuhan) akan ditampung. Dengan kata lain, pandangan dunia ini (Budhisme) absurd. Sama saja dengan percaya pada persegi panjang yang bulat yang sama saja dengan tidak ada dan pada akhirnya sama saja dengan ateisme.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : nirwana
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 21:18:03 +0700
Komentar :
hehehe... nirwana, dalam definisi secara state, adalah keadaan dimana penderitaan sudah berakhir dan ditandai dengan berakhirnya siklus lahir dan mati. dengan begitu, tentulah Sidharta baru bisa dikatakan mencapai nirwana jika dia tidak balik lagi ke dunia; karena, jika dia dilahirkan kembali, maka berarti dia akan mengalami penderitaan lagi.
repotnya, bila definisi ini benar, maka kita tidak akan pernah tahu apa Om Sidharta bener2 mencapai nirwana atau tidak; terutama jika kita memndangnya dari sudut pandang Kristiani dimana Om Yesus dipercaya sebagai Tuhan karena Dia bangkit dari kematian.
jadi, balik lagi ke sudut pandang Budhist, ketika Sidharta mendapat pencerahan kayaknya itu otomatis udah dianggap mencapai nirwana deh ;-)
*monggo dikoreksi sama yang mantan Buddhist atau sekalian siapa tau ada Buddhist yang membaca komentar ini*
Judul Komentar : Agama Budha Adalah Theistik
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 21:22:38 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, tidak mengajarkan secara panjang lebar bukan berarti tidak mengajarkan. Tidak menyembahyangi bukan berarti tidak menyembah. Tidak tertulis secara gamblang bukan berarti tidak bisa dipahami. Itulah ajaran agama Budha tentang Tuhan.
Menyatakan agama Budha ateis karena cara mereka mengajarkannya berbeda dengan agama Kristen bukan tindakan bijaksana. Anda boleh sebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar agama Budha dianggap Theistik maka saya akan menyebutkannya satu persatu bagi anda.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Apakah Surga Ada?
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 21:26:45 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, Alkitab mengajarkan bahwa surga itu ada. Benarkah surga itu ada? Apabila anda dapat membuktikan bahwa surga itu ada, maka saya akan membuktikan bahwa Nirwana itu ada dengan cara yang sama dengan cara yang anda gunakan untuk membuktikan bahwa surga itu ada.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @hai hai... tetapi itu bukan argumen saya..
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 21:28:49 +0700
Komentar :
Sdr hai hai,
Argumen saya bukan karena tidak mengajarkan maka berarti tidak ada. Argumen saya adalah:
1. Budhism mengasumsikan ajaran berbagai agama tentang Tuhan sebagai benar. (ini yang saya tangkap dari tulisan saudara).
2. Berbagai agama memiliki konsep yang bertolak belakang satu dengan yang lain tentang "siapa" atau "apa" itu Allah/Tuhan.
3. Mempercayai dua atau lebih proposisi yang kontradiktif (saling meniadakan) melanggar hukum logika yang paling mendasar (hukum kontradiksi). (misalnya mempercayai persegi panjang yang bulat).
4. Karena itu budhism=ateisme.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai... pertanyaanya bukan itu
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 21:37:24 +0700
Komentar :
Kalau Alkitab adalah Firman Tuhan dan Alkitab menyatakan bahwa surga itu ada, maka pasti surga itu ada. Entah saya bisa alami atau tidak. Pertanyaannya adalah tentang reliabilitas Alkitab sebagai kebenaran. :)
Sekarang, pertanyaannya untuk budhisme adalah siapa yang mengatakan bahwa nirwana itu ada dan atas dasar apa dia mengatakan itu?
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Paijo, Siapa Yang Mengajarkan?
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 21:43:10 +0700
Komentar :
Siapa yang mengajarkan bahwa Budha Gautama mengajarkan bahwa ajaran berbagai agama tentang Tuhan benar?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Budha Gautama Yang Mengajarkan
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 21:45:46 +0700
Komentar :
Budha Gautama yang mengajarkan bahwa Nirwana itu ada. Atas dasar pengetahuannya dia menyatakan bahwa Nirwana itu ada. Hingga hari ini tidak ada satu manusiapun yang dapat membuktikan bahwa Nirwana itu tidak ada.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : blunder
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 21:49:36 +0700
Komentar :
wah paijo, ini pernyataan bunuh diri namanya.... hehehe :-D
gue sebut bunuh diri karena pertanyaan yang sama bisa ditanyakan kepada kaum kristen dan katolik seputar reliabilitas alkitab tadi.
dengan pernyataan kamu ini, kaum Budhist bisa dengan simple menjawab begini: "kami percaya nirwana itu bisa dicapai karena Sidharta mengajarkan ini dan itu, dan kami mempercayainya atas dasar iman. sama seperti kamu yang percaya bahwa surga itu ada karena Yesus menyebut diriNya bahwa Dia adalah Tuhan dan kamu mempercayainya atas dasar iman".
;-)
Judul Komentar : Cara biadab Memberitakan Injil
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 22:26:58 +0700
Komentar :
Dennis, menurut gua apa yang lakukan Paijo bukan blunder namun khas umumnya orang Kristen. Memang Lucu, karena keberadaan orang-orang lucu demikianlah maka gua dikenal dikalangan teman-teman non Kristen sebagai tukang gebuk orang Kristen tunasusila.
Banyak teman yang datang minta diajarin tentang agama lain. Ketika gua tanya apa tujuannya, mereka bilang untuk menginjili penganut agama lain. Ketika gua tanya, bagaimana caranya menginjili penganut agama lain dengan agama mereka? Dengan penuh semangat mereka menjawab, bila kita tahu kelemahan-kelemahan agama mereka, maka mudah untuk menginjili mereka.
Sebuah pandangan yang salah TOTAL. Cara biadab memberitakan Injil.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Sori OTT
Pengirim : erick
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 22:37:15 +0700
Komentar :
Bung hai yang bener...... apa Kwan Im sudah dipanggil dewi?
Kwan Im sudah di panggil dewi?
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Judul Komentar : Kwan Im Adalah Dewi Umat Dao
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 22:52:53 +0700
Komentar :
Kwan Im adalah dewi umat Dao, dia juga seorang bodhisatva umat Budha. Menurut sebuah kisah, ketika hidup sebagai manusia, Kwan Im adalah seorang lelaki. Kwan Im bergelar Dewi welas asih.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Kwan Im adalah dewa
Pengirim : erick
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 22:57:17 +0700
Komentar :
Ya, ini menjadi masalah besar yang tidak dimengerti. Mengapa gelar dewi diberikan kepadanya. Dia adalah bodhisatva.
Judul Komentar : Tanpa Wujud dan Tanpa Nafsu
Pengirim : hai hai
Tanggal : Fri, 19 Dec 2008 23:59:22 +0700
Komentar :
Umat Dao percaya tentang keberadaan 36 surga. Di surga-surga itu berdiam berbagai tingkat dewa dewi. Ada dewa-dewi yang memiliki wujud dan nafsu, berjenis kelamin dan melahirkan. Ada dewa dewi yang memiliki wujud namun tanpa nafsu, tidak berjenis kelamin dan tidak melahirkan. Dewa-dewi yang berdujud bersifat fana, mereka dapat mati dan dilahirkan kembali. Ada pula dewa-dewi yang tanpa nafsu dan tanpa wujud. Dewi Kwan Im adalah Dewa dewi tanpa wujud dan tanpa nafsu. Itu sebabnya walaupun hidup sebagai manusia namun setelah menjadi dewa dia tidak berwujud dan tidak memiliki jenis kelamin. Dia tampil sebagai Dewi karena para pemujanya menyembah dia dalam wujud Dewi welas asih.
Umat Budha memuja Kwan Im sebagai bodhisatva. Kita tidak tahu, apakah Dewi Kwan Im adalah bodhisatva yang dipuja oleh umat Dao atau dewa Dao yang dipuja sebagai bodhisatva oleh umat Budha.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @hai hai... menarik memang...
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 06:42:09 +0700
Komentar :
Tahu darimana bahwa itu memang pengetahuan yang benar?
Salam
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @haihai.anda salah paham tulisan saya..formulasi premis 1 ambigu
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 06:46:00 +0700
Komentar :
Hai hai.... mungkin saya yang salah formulasi sehingga kalimatnya ambigu. Kalau begitu saya formulasi ulang premis pertama saya.
Ini postingan awal saya
"1. Budhism mengasumsikan ajaran berbagai agama tentang Tuhan sebagai benar. (ini yang saya tangkap dari tulisan saudara)."
Saya formulasi ulang menjadi:
"1. Budhism mengasumsikan sebagai benar ajaran berbagai agama tentang Tuhan. (ini yang saya tangkap dari tulisan saudara)."
>
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @dennis...bagaimana?
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 06:47:36 +0700
Komentar :
Saya tidak melihat itu sebagai sebuah bunuh diri. Pertanyaannya adalah dimana Budha mengajarkan bahwa yang diajarkannya itu wahyu?
Salam
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai.. cara biadab versus cara pengecut + deceptive
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 07:00:58 +0700
Komentar :
Hai hai mengatakan bahwa cara saya mengekspose kebangkrutan pandangan dunia lain sebagai cara yang biadab. Saya tidak melihat dasar alkitab sehingga dia mengatakan bahwa pendekatan yang saya ambil adalah pendekatan yang biadab.
Well, mungkin demikian. Tetapi kalau saya melihat pendekatan yang dilakukan oleh hai hai, cukup mengejutkan. Pendekatan yang diambil hai hai bersifat pengecut dan bahkan deceptive. Pengecut karena tidak berani mengekspose kebangkrutan pandangan yang berseberangan (tidak harus selalu secara kasar) walaupun dia mengasumsikan demikian. Deceptive karena orang tertarik ke pandangan hai hai bukan akibat mereka melihat kebangkrutan pandangan dunia mereka tetapi karena hai hai ahli menyembunyikan kebangkrutan pandangan dunia sebelah.
Berikut, hai hai menggunakan standar orang tidak percaya untuk menilai orang percaya ketika dia berkata "karena keberadaan orang-orang lucu demikianlah maka gua dikenal dikalangan teman-teman non Kristen sebagai tukang gebuk orang Kristen tunasusila".
Apa standar yang dipakai sehingga saya (dan orang lain yang melakukan hal seperti yang saya lakukan) disebut tunasusila? Seberapa valid standar itu? Apakah anda mengasumsikan sebagai benar semua yang mereka katakan tentang orang kristen?
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : gini lho...
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 07:45:31 +0700
Komentar :
ada dua sudut pandang yang mungkin bisa menjawab hal itu:
[1] sudut pandang pertama, bila wahyu atau apapun itu dibutuhkan, maka jawaban nya adalah ketika Sidharta bilang ke semua orang bahwa dia mendapat pencerahan dan atas dasar itu maka kalau mau bahagia maka orang2 tadi harus begini dan begitu.
[2] sudut pandang kedua, ketika wahyu atau tuhan atau Tuhan atau apapun dipandang sebagai unsur luar yang tidak berpengaruh pada kebahagiaan manusia, maka Sidharta dan pengikutnya tidak perlu terlalu care apakah ada wahyu atau tidak.
sudut pandang kedua ini yang gue rasa dianut oleh penulis dari link yang gue kasih di comment2 gue sebelumnya. buat si penulis, pengikut Buddha itu boleh saja percaya bahwa Tuhan yang disebutkan dalam ajaran Buddha adalah Yesus, boleh juga Allah nya Islam, boleh siapa aja karena siapapun Dia, ajaran Sidharta tidak akan terpengaruh karena yang menjadi fokus dalam ajarannya adalah usaha manusia untuk berpasrah diri agar menjadi bahag
ia.
so walau Sidharta sadar bahwa ada yang namanya Tuhan atau tuhan-tuhan dan ada yang namanya setan, dia memilih untuk tidak berharap banyak pada mereka dan berusaha membuat dirinya entah gimana supaya layak untuk menjadi bahagia.
ps.
di gramedia, banyak bener buku tentang Buddha yang mengupas pandangan dari berbagai aliran, cobain baca deh. disana banyak pertanyaan2 seputar siapa Tuhan dalam ajaran mereka.
Judul Komentar : nimbrung
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 07:57:40 +0700
Komentar :
hehehe paijo, sorry nimbrung lagi...
bukan maksud belain hai2, tapi gue juga bergaul dengan banyak Buddhist di real life dan memang kira2 seperti itulah pandangan mereka terhadap kita kaum kristen dan katolik (tepatnya, mereka memandang katolik lebih mending daripada kristen).
mereka selalu bertanya ke gue bahwa kenapa sih orang kristen sebegitu resenya ke iman orang lain. dan gue cuma bilang bahwa karena begitulah nature agama kristen. sama seperti agama Islam, kristen adalah agama yang menganjurkan pada pengikutnya untuk mencari orang2 lain untuk dijadikan pengikut juga.
mereka bilang, "oh gitu... well, di Buddha sih nggak begitu... oke deh... tapi mbok yah jangan sok rese, sok tahu, sok paling bener dan sok ngurusin kita gitu lho". gue jawab, "susah; rese dan sok ngurusin di elo, tapi buat mereka itulah kasih, karena mereka care dan mereka ga mau orang2 yang mereka kasihi nantinya masuk neraka. sok tahu dan sok paling bener buat elo, tap
i buat mereka, itulah kebenaran karena mereka disebut sebagai anak2 Tuhan".
biasanya setelah bercakap2 begitu, beberapa di antara mereka bertanya begini, "lho??? kalo gitu kenapa lo nggak seperti mereka?". dan gue cuma bilang dua kemungkinan jawaban, tergantung mood gue:
[1] "karena gue tidak memeluk agama kristen; kalo orang sebut gue kristen, terima kasih. kalo nggak, yah gue sih nyante2 aja tuh".
[2] "karena gue memandang bahwa kasih has many faces dan nggak selalu harus pakai seragam seperti yang mereka pakai".
dan kita tetep bergaul sampai sekarang.
ada orang yang bisa dijangkau dengan sebelumnya dihancurkan luluh-lantak tanpa sisa. orang seperti ini biasanya tipe yang fundamentalis. tapi ada juga orang yang hanya bisa dijangkau dengan bergaul terus dengan nya setiap ada kesempatan.
itulah kali kenapa diciptakan banyak sekali jenis makanan dan minuman untuk dinikmati. tidak melulu cuma roti dan air
putih.
:-)
Judul Komentar : @Paijo, Memang Menarik
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 10:05:02 +0700
Komentar :
Itu memang pengetahuan yang benar, Budha Gautama yang mengajarkan.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @dennis.. thanks
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 10:44:59 +0700
Komentar :
Terima kasih sdr. dennis,
Masalahnya adalah bahwa anda dan hai hai menganut standar moralitas yang sama yaitu "kata orang tidak percaya". Kalau orang tidak percaya mengatakan bahwa itu tidak pantas, lantas anda langsung aja bersama dengan mereka merasa bahwa itu memang benar-benar salah. Saya tidak melihat itu sebagai standar saya. Saya tidak peduli apapun yang mereka katakan, selama yang saya katakan benar dan sesuai dengan pandangan dunia saya, maka saya akan lakukan. Tetapi tidak berarti bahwa saya tidak bersahabat dengan mereka. Saya punya banyak teman dari berbagai agama bahkan yang ateis dan dalam setiap kesempatan diskusi saya selalu menyerang pandangan mereka entah secara langsung ataupun lewat rethoric tools yang ada. Saya tidak berharap bahwa mereka langsung percaya Yesus Kristus dan mengadopsi pandangan dunia Kristen tetapi setidaknya mereka tahu bahwa ada yang salah dengan pandangan dunia mereka atau ada yang salah dengan pemahaman mereka terhad
ap pandangan dunia mereka. Kalau Tuhan bekerja, tidak ada yang tidak mungkin.
Saya ambil contoh yang saya lakukan:
Waktu makan siang di kantor saya, saya angkat topik tentang undang-undang hak asasi hewan di Spanyol dan beberapa negara eropa. Saya mengatakan bahwa itu adalah sesuatu yang absurd. Hewan gitu lho.. Terus teman-teman yang Hindu mengatakan bahwa dalam agama mereka semua makhluk sama jadi pantas untuk diberi hak asasi. Lalu dengan menggunakan "ad hominem" saya katakan "Masalahnya adalah mereka tidak tanya hewannya terlebih dahulu apakah dia mau hak asasi atau tidak".
Memang ada orang tertentu yang mengatakan menganut agama tertentu tetapi tidak konsisten mempercayai agamanya tersebut. That's fine. Yang kita serang bukan agamanya dia tetapi kepercayaan yang dia anut.
So, saya selalu melihat ketiadaan kompatibilitas antara wawasan dunia saya sebagai Kristen dan wawasan dunia yang lain. Tetapi apakah saya
tidak kerjasama dengan mereka? Saya kerja sama dengan mereka dan memperlakukan mereka dengan hormat. Kalau soal mendasar, saya tetap sopan tetapi untuk mengatakan kepercayaan saya sama dengan mereka, tunggu dulu.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai... tahu dari mana itu benar?
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 10:50:06 +0700
Komentar :
Bagaimana bisa dijamin bahwa apa yang dikatakannya sebagai benar?
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Beritakan Injil Dengan Santun
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 11:12:34 +0700
Komentar :
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Matius 7:2
Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil." Yohanes 7:24
Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri. Roma 14:4
Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? I Korintus 5:12
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Yohanes 3:17
Saudara Paijo, ayat-ayat tersebut di atas adalah dasar Alkitabiah untuk menghakimi CARA m
emberitakan Injil dengan MENGHINA dan MENGEJEK ajaran, tata ibadah dan nabi agama lain TANPA mempelajari dan memahami ajaran agama lain dengan benar. VONISNYA adalah BIADAB. Yang melakukanya adalah Kristen Tunasusila atau orang Kristen yang tidak memiliki KESUSILAAN. Anda mau tahu cara memberitakan Injil kepada penganut agama lain yang BERADAB? Teladanilah cara Paulus ketika memberitakan Injil di Atena. Anda dapat membacanya di Kisah Para Rasul 17:15-34.
Cara saya memberitakan Injil kepada penganut agama lain memang PENGECUT. Saya hanya BERANI memberitakan Ajaran Alkitab, sama sekali tidak BERANI sembarangan MENUDUH agama lain BANGKRUT apalagi MENGHINA dan MENGEJEK ajaran, tata ibadah dan nabi agama lain TANPA mempelajari dan memahami ajaran agama lain dengan benar.
Paijo, ketika gebukin orang-orang Kristen tunasusila, saya menggunakan STANDARD yang mereka gunakan, contohnya. Ketika orang Kristen mengejek orang Budha menyembah patung, saya juga mengejek
orang Kristen menyembah patung, ada yang dari kayu ada yang dari besi. Apabila benar orang Budha menyembah patung, maka apa yang mereka lakukan lebih baik, karena patung yang disembah berbentuk manusia sementara patung yang disembah orang Kristen hanya berbentuk salib. Umumnya orang Kristen itu akan membela diri, bahwa salib tidak disembah. Salib adalah lambang penderitaan Kristus. Nah, saudara Paijo, saya selalu menggunakan cara yang sama.
Ketika seorang Kristen menggunakan lelucon yang diajarkan oleh Pdt. Dr. Eku Hidayat MA, untuk mengejek upacara orang mati orang Tionghua yang membakar rumah-rumahan dan barang tiruan dari kertas lainnya, “Wah, itu rumah yang dibakar ada sertifkatnya nggak? Kalau nggak ada bisa terjadi sengketa tuh nantinya.” Saat itu saya berkata kepadanya, “Wah, darah-darahan yang digunakan untuk perjamuan kudus sudah diceck bebas HIV belum? Kalau nggak bebas HIV bisa repot tuh nantinya.”
Ketika melayat seo
rang Khonghucu yang meninggal pada usia 93 tahun, seorang Kristen alam roh bersaksi bahwa ketika dia masih menyembah dewa-dewi agama Dao, hidupnya kacau balau dan miskin. Namun, setelah dia menjadi Kristen, hidupnya penuh berkat dan berkelimpahan. Dia lalu mengejek dewa dewi tidak memiliki kuasa untuk memberkati dan memberi hidup berkelimpahan. Kepadanya saya bertanya, “Anda tahu kenapa dewa dewi tidak memberkati anda dan memberi rejeki? Karena mereka tahu, anda akan MENGKHIANATI mereka.”
Paijo, Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah MEMBERITAKAN Injil, bukan menghakimi agama lain sembarangan apalagi mengejek dan menghina ajaran, tata ibadah dan nabi agama lain TANPA mempelajari dan memahami ajaran agama lain dengan benar. Jadi, beritakanlah Injil dengan santun.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : standar
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 11:16:08 +0700
Komentar :
hehehe... standar moralitas? ada yah? ;-)
ok, coba ajarin gue standar moralitas menurut alkitab dan apa bedanya dengan standar moralitas "orang yang tidak percaya" (dalam hal ini Buddhist). setelah itu, gue akan mencoba menunjukkan bahwa sebenernya, secara moral, kita ga ada bedanya sama mereka :-)
Judul Komentar : Sang Adhi Budha = Tuhan
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 11:24:18 +0700
Komentar :
"1. Budhism mengasumsikan sebagai benar ajaran berbagai agama tentang Tuhan. (ini yang saya tangkap dari tulisan saudara)."
Saudara Paijo, anda salah memahami tulisan saya! Saya akan kutip tulisan saya:
Agama Budha mengajarkan tentang keberadaan Tuhan atau SESUATU yang dipahami sebagai Tuhan di dalam agama-agama lain. Namun agama Budha tidak mengajarkan untuk MENYEMBAH atau BERDOA kepada Tuhan. Juga tidak mengajarkan secara GAMBLANG apa atau siapa Tuhan itu.
Siapa yang menciptakan hukum TUMIMBAL lahir? Siapa yang menentukan Standard DHAMA atau ajaran kebajikan? Siapa yang mengendalikan hukum tumimbal lahir? Dialah Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang atau oleh umat Budha disapa Sang Adhi Budha atau oleh umat Budha Indonesia disapa Sanghyang Adhi Budha.
Yang saya maksudkan adalah: Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang atau Sang Adhi Budha atau
Sanghyang Adhi Budha. Penganut agama lain menuduh agama Budha Ateis. Saya katakan, Sang Adhi Budha adalah Tuhan. Umat Budha menyapanya Sang Adhi Budha, umat agama lain menyebutnya Tuhan.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @ Paijo, Tahu dari Tripitaka
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 11:37:48 +0700
Komentar :
Paijo, saya tahu dari kitab Tripitaka. Dijamin benar karena sejak diajarkan abad ke 5SM hingga saat ini belum ada yang berhasil menyatakannya tidak benar.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @dennis.. perhatikan konteks please :)
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 13:13:11 +0700
Komentar :
Kalau anda perhatikan baik-baik apa yang saya tuliskan, maka anda akan mendapati yang saya maksudkan di sana adalah anda menggunakan "kata orang lain" sebagai dasar untuk mengatakan mana yang benar dan mana yang salah.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai.. itu adalah sebuah kesalahan logika
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 13:15:12 +0700
Komentar :
Hanya karena itu kitab sudah ada sejak abad ke5 SM anda percaya bahwa kitab itu benar? Menarik! Itu kesalahan logika. Fakta bahwa sesuatu baru diajarkan atau sudah sejak lama diajarkan tidak ada hubungan dengan benar tidaknya posisi tersebut.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Katakan Dimana Salahnya
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 14:06:47 +0700
Komentar :
Kitab itu benar karena sejak abad ke 5SM hingga saat ini tidak ada orang yang membuktikan kesalahannya. Yang membuatnya benar karena tidak terbukti salah, bukan karena umurnya tua.
Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @ hai hai.. itu adalah bentuk kesalahan logika lain
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 14:21:39 +0700
Komentar :
Sesuatu tidak terbukti salah maka itu benar adalah kesalahan logika yang bernama "argumentum ad ignorantium". Anda melakukan kesalahan logika lagi
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai... ini perlu dibahas dalam postingan khusus
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 14:22:55 +0700
Komentar :
hai hai,
Komentar anda ini perlu saya bahas di dalam satu postingan khusus. Ada banyak hal yang anda asumsikan di sini.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Paijo, Kita Sedang Diskusi Tentang Agama Budha
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 15:13:25 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, kita sedang diskusi tentang agama Budha, bukan ilmu logika. Apabila anda suka diskusi tentang ilmu logika, silahkan buat blog tentang hal demikian lalu kita bisa mendiskusikannya.
Anda bertanya, apakah Nirwana itu ada? Saya katakan ada. Anda bertanya apakah yang tertulis di dalam kitab Tripitaka itu benar? Saya katakan benar. Kenapa hanya menilai ilmu logika saya? Kenapa anda tidak menilai logika anda ketika bertanya dan menyalahkan?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Tidak Ada Asumsi Sama Sekali
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 15:17:53 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, ketika mengutip ayat-ayat Alkitab tersebut di atas, saya tidak berasumsi, hanya memahaminya. Ketika menggunakan STANDARD dan CARA yang sama untuk mengejek orang-orang Kristen, saya juga tidak berasumsi, hanya menggunakan cara yang sama dengan yang mereka gunakan untuk mengejek dan menghina agama orang lain.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : konteks?
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 16:26:48 +0700
Komentar :
gue ga ngerti :-)
coba copas kata2 gue yang menurut lo "menggunakan kata orang lain" biar gue yang tolol ini ngerti ;-)
Judul Komentar : @hai hai...well....
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 23:33:32 +0700
Komentar :
Well, let;s see my friend. Semoga saya punya waktu secepatnya untuk tulis satu postingan untuk membahas komentar di atas.
Bahkan komentar anda di atas penuh dengan asumsi. Asumsi anda adalah, pemahaman anda terhadap ayat itu benar. Walaupun anda tidak menyatakannya secara eksplisit. Tapi itu di lain waktu.
Salam
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 23:35:03 +0700
Komentar :
Maksudnya lain waktu saya bahas.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @all.. tapi satu hal saya katakan..
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 23:39:20 +0700
Komentar :
Kalau andaikata saya ketemu dengan orang Kristen seperti anda sekalian waktu saya masih ateis, mungkin saya tidak akan jadi orang percaya. Ada setidaknya dua hal yang anda lakukan yang tidak seharusnya yaitu kepengecutan dan deceptive.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai.. so logika tdk digunakan dlm diskusi tentang budhism?
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 23:43:05 +0700
Komentar :
Menarik sekali komentar anda.
Apakah anda mengatakan bahwa logika tidak perlu digunakan dalam diskusi dengan tentang budhism? What a blunder ma man....
Lalu anda gunakan apa untuk membedakan antara cara saya yang biadab dengan cara anda yang pengecut dan deceptive dan menyerang cara saya?
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai.. stop that stupidity!
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 23:48:29 +0700
Komentar :
Kenapa logika tidak boleh dipakai waktu diskusi tentang budhism? Silahkan kasih alasan!
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @dennis santoso....coba perhatikan..
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sat, 20 Dec 2008 23:56:46 +0700
Komentar :
Coba perhatikan alur berpikir anda
1. Anda mengangkat ada orang yang mengutip orang teman-teman anda non kristen yang tidak suka dengan gaya orang kristen yang menyerang kepercayaan budhism
2. Melihat itu anda mengambil pendekatan yang berbeda dengan pendekatan teman anda.
Nah, dengan melakukan hal seperti itu bagaimana mungkin anda tidak sementara menggunakan "kata teman anda" sebagai standar? Bagaimana mungkin anda menggunaan satu pendekatan karena sesuai dengan yang dikatakan oleh teman anda dan anda mengatakan anda tidak menggunakan kata mereka sebagai standar?
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Apabila Anda Ateis, Saya Hanya Memberitakan Injil
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 00:06:47 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, anda pernah mendengar tentang LPMI, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia? apabila anda mau belajar menginjil dengan cara mudah dan efektif, saya anjurkan anda untuk belajar kepada LPMI. Mereka melatih orang Kristen untuk menginjil dengan sarana yang disebut EMPAT hukum rohani. Anda menyangka mereka gila karena menginjil hanya dengan cara demikian simple. namun anda akan kaget setengah mati karena karena melihat hasilnya.
Sementara itu silahkan klik di sini untuk membaca tulisan saya tentang Amanat Agung Tuhan Yesus.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Logika Bukan Ilmu Logika
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 00:08:26 +0700
Komentar :
Logika bukan ilmu logika. kita diskusi dengan logika namun tidak sedang diskusi tentang ilmu logika.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @hai hai... Penginjilan
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 00:13:52 +0700
Komentar :
Hai hai
Saya pernah mendengar tentang LPMI dan beberapa saat saya pernah membaca literatur mereka. Sayang saya tidak setuju dengan cara mereka. Mereka seperti memaksa orang untuk masuk mengambil keputusan mengikut Kristus.
Kalau saya memberitakan Injil, saya akan lakukan itu tanpa mengharuskan orang untuk ambil keputusan saat itu. Saya akan membongkar kebobrokan dan kebangkrutan pandangan dunia mereka lalu menjelaskan sejelas-jelasnya tentang injil lalu saya berdoa dan meminta Roh Kudus yang menjamah dia, bukan saya yang menggunakan berbagai macam teknik psikologis untuk memanipulasi perasaan orang.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai.. bagaimana?
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 00:16:06 +0700
Komentar :
Bagaimana anda menggunakan logika tanpa tau ilmu logika? Apakah anda mau mengatakan bahwa kalau diskusi kita boleh melakukan berbagai kesalahan logika seenaknya dan mengharapkan Roh Kudus membuat kesalahan logika itu menjadi bukan kesalahan logika?
Ataukah anda salah satu orang yang berpandangan bahwa logika tidak boleh dipakai dalam bidang kehidupan tertentu?
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Teladanilah Paulus
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 00:41:05 +0700
Komentar :
Saudara Paijo teladanilah Paulus. Lihat bagaimana cara dia memberitakan Injil di Atena. Coba anda baca kisahnya di Kisah Para Rasul 17:15-34. apakah dia membongkar kebobrokan ajaran Epikuros dan Stoa serta agama orang-orang Atena? TIDAK! Dia memberitakan Injil lalu pergi. Namun beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia lalu menjadi percaya. TELADANILAH Paulus. Teladanilah para rasul. Teladanilah para bapa gereja.
Berhasilnya penginjilan adalah menceritakan tentang Kristus kepada orang lain dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (terserah Allah). Itulah definisi penginjilan. apa yang sudah engkau pelajari dariku di depan banyak saksi, ajarkanlah itu kepada orang lain yang juga cakap mengajar orang lain. itulah definisi mengajar.
Saya pernah berpikir seperti anda dan memberitakan Injil seperti anda. Saya mempelajari semua agama yang diakui pemerintah
Indonesia bahkan beberapa aliran kepercayaan. Menelanjangi ajaran mereka habis-habisan. Hasilnya 0 besar dan sakit hati serta frustasi. Itulah alasan saya menyebut caramemberitakan Injil demikian BIADAB.
Sebagai orang Kristen kita harus menaati HUKUM dan NORMA yang ada di dalam masyarakat. Menghina agama dan tatah ibadah orang lain itu melanggar HUKUM. Di samping itu, coba anda pelajri ayat-ayat Alkitab yang saya kutip dalam komentar sebelumnya. Itu adalah perintah Allah.
BERITAKAN Injil dan hanya beritakan INJIL itulah cara memberitakan Injil yang beradab.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Bukankah sudah saya katakan
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 00:44:33 +0700
Komentar :
Bukankah sudah saya katakan bahawa kita melakukan diskusi dengan logika, bukan mendiskusikan ilmu logika? Terus terang saya sama sekali tidak tahu istilah-istilah ilmu logika yang anda gunakan. Namun saya melakukan diskusi dengan logika. Apakah saya melakukan diskusi sembarangan? Silahkanbaca semua komentar saya, adakah yang tidak logis?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @hai hai.. cmoooooon
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 00:53:56 +0700
Komentar :
Hai hai,
Kalau anda diskusi pasti harus menggunakan logika. Nah, kalau dalam diskusi anda melakukan kesalahan logika, maka tentunya argumen anda (apapun itu) pasti tidak valid. Lalu apa salahnya saya menunjukkan kesalahan logika tersebut? Dan kalau tidak valid apakah anda mengharap orang lain akan melihatnya sebagai benar? OK kalau memang anda berpendapat seperti itu, maka saya dapat dengan mudah mengatakan, "hai hai adalah orang Kristen dan bukan orang Kristen" dimana "Kristen" dalam anak kalimat 1 sama definisinya dengan "Kristen" pada anak kalimat 1. Atau saya dapat mengatakan "Alkitab Firman Allah dan Alkitab bukan Firman Allah" dimana kata "Alkitab" dan "Firman Allah" pada anak kalimat 1 memiliki definisi yang sama dengan pada anak kalimat 2. Dan kalau anda menunjukkan bahwa keduanya bertentangan dengan hukum kontradiksi, maka saya akan mengatakan kepada anda "saya tidak sementara berbicara te
ntang logika, jadi jangan bilang saya melakukan kesalahan logika.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @hai hai... wah kok beda?
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 01:07:43 +0700
Komentar :
Hai hai,
Saya sementara membaca pasal tersebut. Tetapi masalahnya kok anda melihat bagaimana Paulus membongkar kebobrokan orang Yunani. Paulus membongkar kebodohan mereka dengan mengatakan bahwa Paulus tahu apa yang mereka tidak tahu.
Pada saat Paulus mengatakan "Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.", dia juga sementara membongkar kebodohan orang Yunani yang membuat mezbah dll.
Kalau anda ada pada saat itu mungkin anda sudah mengkritik Paulus karena Paulus menjelek-jelekkan orang Yunani.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Paijo, Hakimilah Dengan Adil
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 01:25:48 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, kita kembali pada diskusi kita. Anda bertanya kepada saya, apakah Nirwana itu ada? Saya bilang ada. Anda bertanya, dari mana saya tahu? Saya bilang dari Budha Gautama yang mengatakannya tercatat di dalam Tripitaka. Anda bertanya apakah yang tercatat itu benar? Saya katakan benar karena sejak ditulis abad ke 5SM hingga hari ini tidak ada orang yang membuktikan bahwa yang tercatat itu salah.
Anda menuduh saya melanggar prinsip logika? TIDAK! Ketika berbicara tentang ajaran agama Kristen, Alkitab adalah STANDARD kebenaran. Ketika berbicara tentang ajaran agama Budha, Tripitaka adalah STANDARD kebenaran. Ketika berbicara tentang agama Budha, apa STANDARD kebenaran yang anda gunakan?
Anda minta saya membuktikan bahwa Nirwana itu ada? Saya membuktikan bahwa Nirwana itu ada dengan Tripitaka sebagai standard kebenaran. Bila anda mampu membuktikan bahwa Nirwana itu tidak ada barulah saya akan mengakui bahwa Nirwana itu tidak ada. Apabila
anda menyimpulkan saya menyalahi logika, maka saya menyalahi logika karena anda yang pertama menyalahi logika. Bukankah saya sudah berkata kepada anda, saya hanya menggunakan cara yang sama dengan yang anda gunakan?
Umat Budha tidak peduli apa pendapat anda, sebab mereka percaya Tripitaka adalah kitab suci mereka. Sama seperti anda tidak peduli apa pendapat orang non Kristen tentang surga karena anda percaya bahwa Alkitab adalah firman Tuhan. Apabila anda meminta umat Budha membuktikan bahwa apa yang tercatat di dalam Tripitaka itu benar, bukankah mereka juga bisa meminta anda membuktikan bahwa apa yang tercatat di dalam Alkitab itu benar?
Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @hai hai..mmmmm
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 01:35:37 +0700
Komentar :
Hai hai,
Kalimat paragraf pertama adalah kesalahan logika. Itu "Argumentum ad ignorantium". Jadi tidak valid.
Paragraf dia, karena dalam Budha Tripitakan merupakan standar, saya mempertanyakan berapa syahih standar tersebut. Itu bukan kesalahan logika. Itu harus dipertanyakan. Apakah anda mengatakan bahwa Alkitab dan Tripitaka adalah dasar yang sama-sama valid?
Paragraf 3, anda mengklaim menggunakan cara yang saya dengan yang saya gunakan???? Cara yang mana maksud anda?
Hai hai, mereka peduli pendapat saya atau tidak apa hubungan dengan saya? Saya memberitakan kebenaran entah orang peduli atau tidak. Apakah anda berpikir bahwa orang Yunani peduli apa yang dikatakan Paulus tentang agama mereka? Kalau mereka peduli mungkin mereka akan melanjutkan diskusi dengan Paulus. Tetapi nyatanya mereka menyatakan dia sebagai si peleter. Banyak yang tidak percaya. SEKALI LAGI SAYA TEGASKAN, SAYA TIDAK PEDULI APA KATA ORANG. KEBENARAN HARUS DIB
ERITAKAN ENTAH ORANG PEDULI ATAU TIDAK
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : Paulus Memberitakan Tentang Allahnya
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 01:36:21 +0700
Komentar :
Saya meneladani Paulus karena dia memberi teladan. Apakah Paulus menelanjangi kebobrokan agama orang-orang Atena? TIDAK! Dia hanya bercerita tentang Allah yang dia sembah.
Ketika memberitakan Injil kepada orang Budha saya tidak menyebut Budha Gautama, juga tidak menyebut Nirwana atau segala tetek bengek ajaran agama mereka apalagi mempertanyakan ajaran agama mereka dan tata ibadah mereka. Saya hanya menceritakan tentang Yesus Kristus. Apabila orang Budha itu bertanya kenapa mereka harus menjadi Kristen, saya mengulangi cerita saya tentang Kristus.
Itulah yang saya lakukan dan banyak yang menggabungkan diri dengan saya ketika saya meninggalkannya lalu menjadi Kristen. Anda Heran? Itulah yang saya lakukan. Terkadang saya hanya mencatat nama dan nomor telepon saya lalu berkata kep
ada seseorang. Bila anda tertarik untuk mendengarkan Injil, tolong hubungi saya di nomor ini, saat ini saya terburu-buru. Anda percaya banyak yang menghubungi saya lalu menjadi Kristen ketika saya memberitakan Injil.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : Beritakan Injil dengan Santun dan Bijaksana
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 01:42:07 +0700
Komentar :
Saya sudah katakan, saya tidak mengerti istilah ilmu logika yang anda gunakan.
Bagi umat Budha hanya Tripitaka yang sahih. Bagi orang Kristen hanya Alkitab yang sahih. Bila anda ingin menguji mana yang sahi, Alkitab atau Tripitaka? Anda harus menentukan standardnya.
Bila anda tidak peduli, umat Budha juga tidak peduli. Kenapa melakukan hal yang sia-sia? Beritakan Injil dengan santun, bila mereka terima itu berarti mereka memang dipilih Allah bila mereka menolak itu berarti anda sudah menggenapi Amanat Agung Tuhan Yesus, memberitakan Injil
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : empati
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 07:25:42 +0700
Komentar :
hahaha... itu toh yang kamu maksud? nah kalo gini kan jelas om paijo... sini-sini, let me explain... ini tidak "separah" yang kamu kira koq.
paijo, menurut kamu, apakah Allah yang kita kenal dalam nama Yesus mengasihi orang non-kristen? menurut gue, ya, Dia mengasihi mereka (non-kristen). Dia bahkan mengasihi sebagian dari mereka yang memusuhi Dia.
ketika menurunkan hujan, Dia menurunkan nya tanpa milih2 mana yang kristen dan mana yang non-kristen. ketika Dia menyediakan oksigen, Dia juga ga milih2. ketika memberkati seseorang dengan kepandaian, talenta, atau apa pun itu namanya, Dia memberikan kepada kita manusia sama rata.
nah coba pikir, bila Dia sebegitunya mengasihi manusia, baik kristen mauoun non-kristen, kira2, apakah Dia tidak akan bertindak apa2 bila ada seorang non-kristen yang berteriak memohon sesuatu pada Nya? alkitab mencatat bahwa Dia bertindak ketika ada seorang perwira dari negeri selain israel yang siapa tuh namanya yang kena
kusta dan perwira itu kebetulan punya budak yang bilang bahwa Allah si budak ini sanggup menyembuhkan penyakit apapun.
Tuhan kita punya empati, om paijo. Dia berempati pada semua orang simply karena semuanya adalah ciptaan Nya. perkara bahwa orang itu sadar bahwa Tuhan kita berempati atau tidak, itu urusan lain. tapi, kita sebagai pengikutNya diharapkan tumbuh berkembang sesuai image Tuhan dan oleh karena itu, sedikit2 kita harus belajar untuk berempati juga.
nah... itu tadi pemikiran yang mendasari tulisan gue. gue mencoba untuk mendudukkan diri di posisi mereka (kaum Buddhist).
bila katakan lah ada orang agama X yang bilang ke gue begini, "nis, lo ga boleh makan babi karena menurut kitab suci agama gue yang gue imani adalah kebenaran, babi itu haram". terus gue jawab gini, "pren, menurut kitab suci agama gue yang gue imani sebagai kebenaran, babi atau makanan apapun itu ga ada yang haram". lalu si temen ini maksa dengan
ngomong gini, "nis, kitab lo itu salah, kitab gue yang paling bener dan memang diturunkan dari langit untuk mengkoreksi kitabmu, bertobatlah nis, jangan sampai gara2 makan babi doang lo masuk neraka tingkat tujuh". kira2, apa yang akan gue jawab?
ada dua kemungkinan jawaban yang dua2 nya mengarah ke hal yang ga enak:
[1] "pren, mending lo urusin dulu deh urusan elo. kalo lo percaya babi itu haram, cukuplah lo lakukan dengan tidak makan si babi dan biarkan gue, yang percaya bahwa itu tidak haram, memakan nya kapan pun gue mau", atau dalam bahasa singkatnya, "please just mind your business".
[2] atau, kemungkinan kedua, gue akan mendebat mengapa dia menganggap bahwa kitabnya lah sebagai kebenaran dan mengapa dia berani2 nya dengan lancang mengatakan bahwa kitab gue adalah kesalahan.
apa yang kamu tabur, itu lah yang akan kamu tuai, om paijo. gue berpendapat bahwa kalau kita berempati pada orang lain, maka secara tidak lang
sung gue mengundang orang lain itu untuk berempati juga ke gue.
perhatikan kata2 gue di comment yang kamu bilang "memakai standar orang lain" itu. sebenernya yang gue lakukan adalah begini polanya:
[kamu berpikir bahwa kaum gue melakukan INI] *sementara* [kaum gue berpikir bahwa mereka melakukan ITU]
yang gue lakukan adalah simply mendamaikan. orang akan cenderung untuk defense ketika merasa dirinya diserang. argumen apapun yang keluar dalam mode defense tidak perlu dipikirkan secara serius karena dalam perang, "all is fair", alias semuanya bisa muncul dan itu sah2 saja.
jadi, IMHO, yang terbaik adalah menyadarkan fakta bahwa sebenernya, yang terjadi, tidaklah karena mereka berniat mencelakai atau merendahkan satu sama lain. malah sebenernya yang terjadi adalah bahwa mereka saling mengasihi tapi masing2 mengasihi dengan caranya masing2, satu2 nya cara yang mereka tahu (ini yang gue maksud dengan "seragam").
bener
atau salah, pinter atau bodoh, kelihatan pinter atau kelihatan konyol, semuanya ga penting. yang penting buat gue adalah bagaimana hubungan itu bisa dipertahankan. sebisa2nya, bila itu masih dalam kemampuan gue.
ps.
btw, gue merasa bahwa empati ini memang adalah masalah yang kurang atau ga ada di kamu, om paijo. setidaknya dengan membaca jawaban mu ke si hai2 berikut:
"Hai hai, mereka peduli pendapat saya atau tidak apa hubungan dengan saya? Saya memberitakan kebenaran entah orang peduli atau tidak. Apakah anda berpikir bahwa orang Yunani peduli apa yang dikatakan Paulus tentang agama mereka? Kalau mereka peduli mungkin mereka akan melanjutkan diskusi dengan Paulus. Tetapi nyatanya mereka menyatakan dia sebagai si peleter. Banyak yang tidak percaya. SEKALI LAGI SAYA TEGASKAN, SAYA TIDAK PEDULI APA KATA ORANG. KEBENARAN HARUS DIBERITAKAN ENTAH ORANG PEDULI ATAU TIDAK"
dalam ranah diskusi, gue setuju bahwa keben
aran haruslah diungkapkan atau diberitakan entah orang peduli atau nggak. gue setuju karena itulah guna suatu diskusi, untuk semoga suatu hari nanti ada orang yang membaca transkripnya dan diberkati karena nya.
tapi.. dalam pergaulan, kehidupan sehari2 dimana orang ga peduli dengan betapa pinternya kamu tentang ilmu diskusi, yang terpenting adalah hubungan. bagaimana mereka merasa bahwa kamu adalah temen yang layak dicari ketika mereka membutuhkan orang lain.
;-)
Judul Komentar : @paijo : paijo paijo paijo
Pengirim : jesusfreaks
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 09:13:31 +0700
Komentar :
Gw yakin lo masih atheis, mustahil lo theis.
KARENA MEMANG TUHAN ITU TIDAK ADA.
Hahaha...
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Judul Komentar : @paijo sadar dia lucu
Pengirim : jesusfreaks
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 09:25:39 +0700
Komentar :
Dari awal kemunculan lo, gw kan udah sering ketawa. Bukankah itu valid bahwa lo tuh lucu.
Mustahil orang tertawa kalau tidak lucu.
Tapi anehnya lo TIDAK SEDANG MELUCU, TAPI GW TERTAWA.
Hahaha
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Judul Komentar : @hai hai.... dan sekaligus membongkar kebodohan mereka
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 13:51:09 +0700
Komentar :
Hai hai....
Paulus tidak hanya menceritakan tentang Allah yang dia percaya tetapi dia menyerang mereka dengan mengatakan bahwa ada hal yang mereka tidak tahu.. Dengan kata lain Paulus mengatakan kepada mereka, "Hai orang Athena, seberapapun banyaknya engkau bejalar, ada hal yang engkau tidak tau. Yang kalian tidak tahu itulah yang aku ingin beritakan kepada kalian". Saya tidak tahu orang yang masih waras dimana yang tidak melihat adanya elemen sarkastik (walaupun halus) dalam apa yang dikatakan Paulus.
OK secara logis saja. Kalaupun Paulus hanya memberitakan apa yang dipercayanya. Hal itu tidak dapat tidak akan menyinggung perasaan orang Atena karena Allah yang benar yang diberitakan Paulus bertentangan dengan allah orang Yunani. Coba perhatikan bagaimana Paulus membongkar kebodohan orang Yunani yang membuat mezbah seolah-olah Allah dilayani manusia! Coba anda perhatikan bagaimana reaksi orang Atena, mereka menyebut Paulus si peleter.
Jadi
hai hai.... argumentasi anda tidak laku. Anda mungkin memberitakan Injil tanpa menyinggung perasaan orang lain. Silahkan! Tetapi saya katakan anda sudah mereduksi Injil dan bagi saya itu hanya satu bukti betapa kuatnya genggaman feminisme dalam gereja.
SEKALI LAGI SAYA TEGASKAN, TIDAK MUNGKIN ANDA MEMBERITAKAN AJARAN KRISTEN TANPA MENYINGGUNG ORANG TIDAK PERCAYA KARENA AJARAN KRISTEN ADALAH KEBENARAN DAN AJARAN SEBELAH ADALAH KEBODOHAN. ANDA SUDAH LIHAT BAGAIMANA REAKSI ORANG ATENA MENDENGAR PENJELASAN PAULUS.
'Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @ JF STOP THAT STUPIDITY...
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 13:53:13 +0700
Komentar :
KALAU TANPA ARGUMEN ANDA BISA MENGATAKAN BAHWA SAYA ATEIS, MAKA TANPA ARGUMEN SAYA KATAKAN PADA ANDA BAHWA ANDA MASIH BELUM BERHENTI MENJILAT TOILET SAMPAI BERSIH.
INGAT SEKARANG SAYA MENGGUNAKAN STANDAR ANDA DALAM BERARGUMENTASI.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @JF sekali lagi anda menunjukkan kedunguan anda...
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 13:56:02 +0700
Komentar :
JF, saya tidak tahu apakah anda sementara memakai akal anda atau tidak. Kembali kalau saya gunakan gaya anda diskusi yang irasional itu, maka dengan mudah dapat saya katakan "hey.... koq anda masih menjilat WC, berhenti dong menjilat WC!".
Ingat saya sementara menggunakan standar anda.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @ Paijo, Mereka Mati KONYOL
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 14:32:52 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, sebagai orang yang mengagul-agulkan pemahaman anda tentang ilmu logika danberpikir secara logis, ternyata anda tidak seberapa.
Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. Kisah Para Rasul 17:22-23
Paulus tidak hanya menceritakan tentang Allah yang dia percaya tetapi dia menyerang mereka dengan mengatakan bahwa ada hal yang mereka tidak tahu.. Dengan kata lain Paulus mengatakan kepada mereka, "Hai orang Athena, seberapapun banyaknya engkau bejalar, ada hal yang engkau tidak tau. Yang kalian tidak tahu itulah yang aku ingin beritakan kepada kalian". Saya tidak tahu orang yang masi
h waras dimana yang tidak melihat adanya elemen sarkastik (walaupun halus) dalam apa yang dikatakan Paulus.
Saudara Paijo, coba anda bandingkan kalimat-kalimat anda dengan ayat Alkitab yang saya kutip. Gunakan Logika anda tanpa prasangka, anda bisa jelaskan kepada saya kesalahan logika yang terjadi? Terlalu banyak asumsi mungkin? Atau terlalu banyak prasangka? Atau hikmat Alkitab harus menopang hikmat manusia karna hikmat manusia generasi ini pasti benar,karena ilmu logika sudah maju pesat?
Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia,dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.Kisah Para Rasul 17:24-25
OK secara logis saja. Kalaupun Paulus hanya memberitakan apa yang dipercayanya. Hal itu tidak dapat tidak akan menyinggung p
erasaan orang Atena karena Allah yang benar yang diberitakan Paulus bertentangan dengan allah orang Yunani. Coba perhatikan bagaimana Paulus membongkar kebodohan orang Yunani yang membuat mezbah seolah-olah Allah dilayani manusia! Coba anda perhatikan bagaimana reaksi orang Atena, mereka menyebut Paulus si peleter.
Saudara Paijo, bagaimana bisa logis bila anda menarik kesimpulan tidak logis? Kalimat mana yang menyatakan Paulus membongkar kebodohan orang Yunani? tolong jelaskan kepada saya, kesalahan logika apa namanya mengatakan sesuatu yang tidak tertulis? Saya menyebutnya jurus tafsir 1001 mimpi.
Jadi hai hai.... argumentasi anda tidak laku. Anda mungkin memberitakan Injil tanpa menyinggung perasaan orang lain. Silahkan! Tetapi saya katakan anda sudah mereduksi Injil dan bagi saya itu hanya satu bukti betapa kuatnya genggaman feminisme dalam gereja.
Injil mana yang saya reduksi? Kenapa anda tidak menyebutkann
ya satu persatu agar saya dapat membela diri? menyatakan orang lain salah tanpa menyatakan kesalahannya. Apa nama kesalahan logika demikian? Saya menyebutnya, menyebar fitnah. Kalimat anda menunjukkan bahwa anda sama sekali tidak tahu apa itu gerakan feminisme dan apa yang diajarkan oleh Alkitab tentang feminisme. Kita akan diskusikan masalah feminisme lain kali.
SEKALI LAGI SAYA TEGASKAN, TIDAK MUNGKIN ANDA MEMBERITAKAN AJARAN KRISTEN TANPA MENYINGGUNG ORANG TIDAK PERCAYA KARENA AJARAN KRISTEN ADALAH KEBENARAN DAN AJARAN SEBELAH ADALAH KEBODOHAN. ANDA SUDAH LIHAT BAGAIMANA REAKSI ORANG ATENA MENDENGAR PENJELASAN PAULUS.
Tidak mungkin dari Hongce? Itulah yang dilakukan oleh para rasul, itulah yang dilakukan oleh para Bapa gereja, itulah yang dilakukan oleh para penginjil besar. Anda pernah baca kisah-kisah penginjilan ke pedalaman kepada suku-suku terasing? Orang-orang seperti anda umumnya mati KONYOL sebelum sempat memberitakan Injil.silahkan and
a baca buku Anak Perdamaian, itu kisah hidup penginjilan don Richardson ke pada suku Dani di Papua. Mungkin dengan membaca buku tersebut anda akan paham apa itu memberitakan Injil
Saudara Paijo, silahkan hidup dengan keyakinan anda. Apa yang harus saya beritahukan kepada anda sudah saya beritahukan kepada anda. apa yang harus anda baca sudah saya referensikan. Anda memahaminya adatu tidak itu tergantung JODOH.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @hai hai.... tapi apa salahnya pertanyakan standar
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 14:52:39 +0700
Komentar :
Hai hai,
Pertama, apakah anda harus menggunakan logika dalam diskusi?
Kedua, kalau iya, kenapa? Dan kalau tidak, mengapa dan bagaimanana tidak menggunakan logika dalam diskusi?
Ketiga, apa salahnya mempertanyakan kesyahihan dasar berpijak seseorang? Apakah anda ketakutan kalau anda ditanyai pertanyaan yang sama oleh lawan anda?
Keempat, saya tidak melihat itu sia-sia. Mungkin bagi anda yang mementingkan jumlah orang yang masuk gereja, itu penting. TIDAK. Kalau Yesus Kristus mementingkan banyaknya orang yang masuk gereja, mungkin dia tidak akan menyerang orang Farisi. Kalau Paulus memperhatikan jumlah orang yang masuk gereja mungkin dia tidak akan menyerang nabi-nabi palsu yang ada di gereja.
Kelima, tentang standar, kenapa saya yang harus menentukan kriteria syahih sejak pertama? Apakah mereka tidak punya kriteria syahih sehingga saya yang harus menentukan? Tentunya kalau mereka percaya Tripitaka, mereka percaya bahwa Tripitaka syahih. Sebagai
orang yang akan menyerang posisi mereka, saya harus tahu posisi itu terlebih dahulu. Kenapa kok sekarang anda tidak mau saya tanya tentang hal itu?
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @paijo : lebih baik dari atheis
Pengirim : jesusfreaks
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 15:10:32 +0700
Komentar :
Terserah lo mau ngomong apa, tapi yang penting TIDAK ATHEIS.
Percuma lo menutupi ke ATHEIS an lo.
Pada akhirnya topeng lo akan kebuka.
Waktu gw ngetawain lo, akhirnya beberapa orang pun ikut beranggapan lo lucu.
Waktu gw bilang Lo ATHEIS, hanya tinggal tunggu waktu saja, beberapa orang menganggap lo ATHEIS.
Silahkan ber ATHEIS ria, mumpung belum ketahuan. hahaha...
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Judul Komentar : @JF... lebih baik atheis daripada asumsi teis tetapi jilat WC
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 15:15:52 +0700
Komentar :
Kalau anda mau pake terserah terserah. Saya juga bisa pake terserah. Fakta bahwa anda tidak menggunakan logika dalam diskusi anda, sudah cukup untuk membuktikan bahwa anda ateis. Hanya orang ateis yang berani seenaknya melanggar berbagai hukum logika karena merasa Tuhan tidak ada. Sementara teis yang konsisten seharusnya berhati-hati dalam berargumentasi karena ada hukum logika yang mengikat.
Jadi tidak perlulah menyembunyikan diri di balik jargon-jargon agama tetapi anda sebenarnya ateis praktis.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @Paijo, STANDARD
Pengirim : hai hai
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 15:21:16 +0700
Komentar :
Saudara Paijo, kita sedang diskusi tentang agama Budha, bukan diskusi ilmu logika. Sadarilah itu.
Anda yang MAU mempelajari ajaran agama Budha, bukan saya. Bila anda mau belajar, maka anda harus belajar dengan cara yang benar. Apabila anda mau menyerang agama Budha, anda harus melakukannya dengan benar. Bila hanya asal tuduh tanpa bukti, itu berarti anda menyebar Fitnah, mengejek dan menghina ajaran agama budha dan umat Budha. Itu melanggar Undang-undang Republik Indonesia.
Saya hanya mencoba untuk membantu anda untuk mempelajari ajaran agama Budha dengan cara yang benar dan memahaminya dengan benar. Walaupun Klewer adalah Komunitas Blogger Kristen di mana Alkitab adalah Standard kebenaran. Namun saya tidak akan membiarkan siapapun yang menyebar Fitnah, mengejek dan menghina ajaran agama budha dan umat Budha sembarangan di komunitas ini.
Tidak salahnya mempertanyakan kesahihan kitab suci umat Budha Tripitaka atau Tipitaka (bhs Pali). Namu
n anda harus puas dengan jawaban yang diberikan. Umat Budha beriman kitab itu sahi dan mereka hidup dengan ajaran dari kitab-kitab itu. Apabila anda mempertanyakan kesahihannya lagi, bukankah anda yang harus menentukan standardnya? Karena andalah yang ingin mengujinya, bukan saya. Bila anda tidak menentukan standardnya, bagaimana saya bisa melayani diskusi?
Apabila mau jujur, bukankah sejak awal anda sudah melakukan kesalahan logika? Anda sama sekali tidak menentukan standard, apa itu ATEIS?
Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul Komentar : @paijo : Apa itu logika ?
Pengirim : jesusfreaks
Tanggal : Sun, 21 Dec 2008 15:34:41 +0700
Komentar :
Apa itu logika ?
Lo tahu siapa penemu logika ?
Hahaha...
Penemu logika adalah seorang atheis, HAHAHA, kalau badut lucu, harusnya sih. Tapi lo bukan badut, tapi bikin gw ketawa.
Paijo paijo, jangan sering2 meletakkan logika di WC.
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Judul Komentar : Mau tanya aja...
Pengirim : v_jen
Tanggal : Mon, 22 Dec 2008 10:30:16 +0700
Komentar :
Bro Dennis...
Apakah seseorang bisa tetap menganut Buddhisme bersamaan dengan menjadi seorang pengikut Kristus?
D' gone astray sheep
Judul Komentar : @JF kembali memperlihatkan kebodohannya..
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Tue, 23 Dec 2008 12:58:17 +0700
Komentar :
JF kembali memperlihatkan kebodohannya dalam komentar kali ini. Apakah fakta bahwa orang Ateis yang menemukan hukum logika berarti bahwa Hukum Logika itu adalah sesuatu yang baru yang tidak diketahui sebelumnya? Bahkan sebelum orang ateis menemukan hukum logika, Hukum ini sudah diterapkan dalam Alkitab. Orang ateis anda itu hanya merumuskannya.
Pada saat manusia diciptakan, hukum ini sudah berlaku walaupun orang pada saat itu tidak tahu apa istilahnya. Bahkan orang yang menolak logika pun menggunakan logika untuk menolak logika. Fakta bahwa orang ateis menemukannya, justeru menunjukkan kebenaran ayat dalam Kitab Roma bahwa wahyu Allah begitu jelas sehingga tidak ada seorangpun bisa mengatakan bahwa dia tidak tahu.
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron
Judul Komentar : @ hai hai.. kalau begitu
Pengirim : paijobudiwidayanto
Tanggal : Tue, 23 Dec 2008 17:41:01 +0700
Komentar :
Kalau begitu anda harus merevisi kalimat anda. Kalimat anda tidak merujuk ke sana. Jadi please revise.
Tapi pertanyaan untuk anda adalah: apakah konsep Budha itu kompatibel dengan konsep Hindu, konsep Kristen, konsep Islam, dll sehingga anda mengatakan Budha mengajarkan tentang Tuhan di agama lain?
Kalau begitu yang mereka lakukan dengan Kayu Hidup, apalagi dengan aku yang kayu mati. Iron Sharpens Iron