Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Relevan: Kemarin, Hari Ini dan Besok (1)
Oleh: John Adisubrata
BENTROKAN BUDAYA
“tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.” (Mazmur 102:28)
Sesuatu yang relevan bagi seseorang sering kali menjadi salah satu penyebab orang itu merasa tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut. Perasaan tersangkut-paut di dalamnya juga bisa merangsang hasrat hati orang-orang untuk mempelajari sesuatu yang tidak pernah menarik perhatian mereka sebelumnya.
Tetapi sesuatu yang relevan bagi seseorang belum tentu menarik atau relevan bagi orang-orang lain, terutama jika kedua hal tersebut dipandang dari dua sisi generasi-generasi yang mempunyai perbedaan umur yang amat kontras. Oleh karena itu, relevan adalah sesuatu hal yang amat relatif!
Yang pasti, Alkitab mengatakan, bahwa Tuhan Yesus Kristus tidak pernah berubah untuk selama-lamanya. (Ibrani 13:8) Dengan kata lain, isi Alkitab tidak akan pernah menjadi usang, melainkan akan selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman yang sedang dilalui olehnya. Karena isi firman Tuhan selalu relevan dengan kehidupan umat manusia setiap dan sepanjang masa!
Pada waktu Ayub ingin membela diri di hadapan Allah, ia mengatakan kepada sahabat-sahabatnya: “Tetapi Ia tidak pernah berubah – siapa yang dapat menghalangi Dia?” (Ayub 23:13a). Begitu pula ungkapan Tuhan Yesus menjelang hari-hari terakhir pelayanan-Nya di dunia: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi PERKATAAN-KU tidak akan berlalu.” (Lukas 21:33)
Kendatipun demikian, adalah tugas para pengikut Kristus untuk merepresentasikan diri-Nya, dan juga firman-Nya kepada masyarakat dunia secara modern dan relevan. Tawaran kasih karunia Tuhan harus disajikan sesuai dengan keadaan zaman yang terus bergejolak dan berubah, agar di setiap masa, pihak yang mau menerima tawaran Kristus tersebut bisa mengenali sangkut-paut hidup mereka di dalamnya.
Karena setiap orang baru merasa diakui sebagai bagian dari suatu kelompok tertentu, jika ia bisa melihat, bahwa dirinya dan kelompok itu mempunyai persamaan-persamaan atau minat-minat serupa, yang secara tidak langsung dapat mengikat hubungan mereka.
Tentu saja tujuan tersebut baru bisa terlaksana, jika salah satu dari kedua belah pihak bersedia memprakarsai terlebih dahulu tindakan-tindakan yang patut dilakukan untuk ‘memastikan’ penyesuaiannya. Itu adalah tugas yang diberikan kepada orang-orang yang ingin ‘mendekati’, dan bukan kebalikannya!
Taktik-taktik pendekatan seperti itu sudah dikerjakan oleh gerombolan-gerombolan dunia kriminil dan para pentolannya, untuk merekrut anggota-anggota baru yang dididik, dimuridkan dan dibentuk menjadi penjahat-penjahat generasi yang akan datang. Taktik-taktik yang serupa juga dipraktekkan oleh sekte-sekte tertentu di dunia, yang terbukti menyesatkan para pengikut mereka, dan tidak jarang mengakibatkan konsekuensi yang sangat fatal.
Tuhan Yesus menganjurkan kepada murid-murid-Nya, agar mereka selalu berjaga-jaga dan bertindak cerdik di dalam mengabarkan Injil keselamatan-Nya: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16)
Perintah Tuhan Yesus tersebut harus diperhatikan oleh seluruh anggota tubuh Kristus di dalam melaksanakan amanat agung-Nya. Dengan kata lain, Ia menghendaki, agar kita mengabarkan Injil menggunakan strategi-strategi relevan (yang cerdik) yang sudah dipertimbangkan sebelumnya dengan seksama, di bawah bimbingan hikmat Roh Kudus (yang tulus).
Kekakuan peraturan-peraturan agama Kristen yang sering kali masih menguasai beberapa bagian gereja Tuhan di mana-mana, terutama di negara-negara maju seperti Australia, atau di Eropah, tidak jarang mengakibatkan terhalangnya Injil diberitakan kepada orang-orang dari generasi termuda, yang justru paling membutuhkan kasih karunia-Nya.
Di negara-negara barat, generasi ini di atas rata-rata berasal dari rumah-rumah tangga yang hancur berantakan, hampir tidak pernah mencicipi kehidupan keluarga yang harmonis, yang diliputi oleh damai sejahtera Kristus sesuai tawaran Injil. Mereka merasa lumrah sekali akan suasana-suasana keluarga yang selalu diliputi oleh konflik-konflik kehidupan yang menegangkan. Banyak di antaranya dibesarkan tanpa kasih sayang dan perhatian keluarga, sehingga semenjak masa kanak-kanak mereka sudah kehilangan identitas hidup.
Generasi muda ini adalah umpan terempuk bagi ‘dunia hitam’ yang rawan di sekeliling mereka, karena pada umumnya para pentolan gerombolan-gerombolan kriminil tersebut mempunyai sikap dan taktik-taktik pendekatan yang jauh lebih luwes, menarik dan cekatan dari pada anggota-anggota tubuh Kristus. Usaha-usaha mereka selalu tampak relevan dan mengundang sekali bagi para muda-mudi yang tidak mempunyai makna dan tujuan hidup ini.
Oleh karena itu, setiap zaman umat Tuhan wajib memperkenalkan Kristus melalui sinar-sinar yang lebih segar dan relevan kepada generasi mereka masing-masing. Dan bukan kukuh mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang sudah ‘dikenal’ atau ‘dipraktekkan’ di dalam gereja Tuhan berabad-abad lamanya, tanpa hasrat untuk memperbaikinya mempergunakan ide-ide yang lebih baru dan modern! Sehingga biasanya bagaikan lingkaran yang terus-menerus berputar di lokasi yang sama (‘Catch 22’), tanpa menghasilkan solusi-solusi yang bisa menguntungkan perkembangan tubuh Kristus, mereka yang mau terlibat di bidang pelayanan, dan juga para pengunjung ibadah gereja pada umumnya, adalah … orang-orang yang paling sedikit berasal dari generasi-generasi ‘sebelum’-nya.
Di dalam bahasa Inggris, setiap orang yang ingin mempertahankan kebiasaan-kebiasaan kuno dijuluki dengan sebuah nama sindiran: ‘The Old Guard’. Ketidak-sediaan mereka untuk mengubah sedikit saja kebiasaan-kebiasaan yang sudah mendarah-daging, yang di-‘cap’ kolot dan tidak relevan oleh generasi muda mereka, sering kali mengakibatkan terjadinya ‘culture clash’ (bentrokan budaya) di dalam gereja Tuhan, yang biasanya justru sangat merugikan pertumbuhan tubuh Kristus sendiri.
Salah satu contoh yang paling ekstrim di dalam hal ini adalah gaya hidup kelompok masyarakat (Kristen) Amish di Amerika Serikat yang pernah menerima lawatan Allah secara luar biasa sekali di abad yang ke-18.
Semenjak saat itu mereka menolak untuk mengikuti perkembangan-perkembangan zaman yang sedang terjadi di dunia. Di tengah-tengah kemajuan teknologi dunia yang amat pesat abad ke-21 ini, mereka tetap hidup seperti di zaman dulu, seolah-olah ‘bola dunia’ sudah berhenti berputar bagi mereka semenjak lawatan ajaib itu terjadi.
Hidup sebagai masyarakat yang terisolasi dan menyendiri, kelompok Amish tidak mau menggunakan listrik atau air ledeng yang disediakan oleh pemerintah setempat. Mereka tetap mengenakan pakaian-pakaian kuno abad tersebut, menunggangi gerobak-gerobak kayu yang ditarik oleh kuda, dan ... lain sebagainya. Bahkan pemimpin-pemimpin mereka berusaha untuk sebisanya tidak berhubungan dengan dunia yang ada di sekitar mereka!
Padahal melalui raja Salomo, dengan tegas sekali firman Tuhan menegur orang-orang yang tidak bersedia mengikuti pengaruh-pengaruh peralihan zaman yang terus berkembang: ‘Janganlah mengatakan: “Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?” Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.’ (Pengkhotbah 7:10)
Teguran ini memperingati kita, bahwa Allah tidak menyukai keputusan-keputusan, atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan di luar hikmat Roh Kudus. Karena Ia mau, agar kita selalu bekerja sama dengan-Nya, bersandar dan berakar sepenuhnya pada firman Tuhan, yang tidak pernah berubah untuk selama-lamanya. Tetapi selain itu, … Ia juga menganjurkan, agar kita memakai siasat-siasat dan pertimbangan-pertimbangan yang cerdas dan teliti, melalui strategi-strategi yang lebih relevan dengan zaman-zaman yang sedang kita lalui!
Tuhan Yesus mengatakan: “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?” (Lukas 14:28)
Perhatikanlah ilustrasi-ilustrasi sejati di bawah ini, yang patut diteladani oleh para pengikut Kristus. Perhatikan dengan seksama langkah-langkah pengorbanan relevan yang harus mereka lakukan, agar bisa mencapai tujuan mereka yang sebenarnya. “Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.” (Lukas 16:8)
(Bersambung)
RELEVAN: KEMARIN, HARI INI DAN BESOK (2)
TIGA PENYESUAIAN
- John Adisubrata's blog
- 4841 reads